Sebagian besar bangkai ayam berakhir di TPA, di mana kondisi bebas oksigen cenderung memumikan bahan organik.
Ini artinya, tulang ayam berpotensi menjadi fosil dan tetap abadi sampai jutaan tahun ke depan.
"Di masa depan, ahli geokimia akan menemukan tulang ayam bersama semua sampah manusia, termasuk kaleng, botol kemasan, sisa bungkus plastik, dan lainnya," ujar Bennett.
Jika ahli geokimia masa depan menganalisis isotop karbon dan nitrogen dalam fosil ayam, mereka akan melihat perbedaan mencolok dibanding unggas liar. Ini terutama karena pola makan ayam potong yang homogen.
Baca juga: Bagaimana Anak Ayam Pecahkan Telur Saat Menetas? Sains Menjawab
Bennett mengatakan, ledakan populasi ayam mencerminkan penurunan burung liar, yang artinya populasi unggas di Bumi didominasi satu spesies yang lebih banyak dari sebelumnya.
"Saat generasi di masa depan memeriksa bebatuan dari zaman kita, mereka mungkin akan menemukan bagaimana ayam dikonsumsi pada peradaban manusia. Tanda peradaban kita sudah dicatat," pungkas Bennett.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.