Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terbukti, Penyakit Autoimun Multiple Sclerosis Disebabkan Bakteri Usus

Kompas.com - 10/12/2018, 12:10 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com - Multiple sclerosis adalah penyakit berbahaya dan tidak bisa disembuhkan. Tetapi bagaimana penyakit ini berkembang? Komposisi mikrobioma usus bisa menjadi kuncinya. Ini ditemukan para peneliti dalam studi bersubyek orang kembar.

Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit autoimun dan peradangan sistem saraf pusat yang memengaruhi sel saraf dalam otak dan tulang belakang.

Penderita MS akan mengalami kerusakan atau peradangan selubung mielin (lapisan pembungkus sel saraf yang membawa sinyal elektrikal) yang mengganggu sinyal saraf. Artinya rangsangan saraf tidak lagi dikirimkan dan tubuh menjadi lumpuh.

Perkembangan penyakit dan gejalanya sangat bervariasi. Dari kaki yang lumpuh sampai gangguan pengelihatan. Penderita bisa hanya memiliki satu gejala ringan, atau sangat sedikit gejala, atau banyak gejala dengan disabilitas parah.

Baca juga: Kontroversi Ilmuwan China Ubah Gen Bayi Kembar, Ini Tanggapan Ahli

Untuk mencari tahu asal usul MS, para ahli melakukan analisis kepada 60 pasang saudara kembar identik di Jerman.

Salah satunya adalah Lisa dan Julia Ngo yang menempuh studi di Universitas Ludwig Maximilian, München. Meski memiliki wajah serupa, keduanya memiliki kesehatan yang sangat berbeda. Lisa menderita multiple sclerosis (MS), tetapi Julia tidak.

"Saya ingin tahu MS berasal dari mana, " kata Lisa kepada DW.

"Kadang saya bertanya-tanya, kenapa saya kena penyakit ini. Apakah saya punya gaya hidup yang salah? Inikah yang memicu timbulnya MS? Jadi saya ikut serta dalam studi ini," sambung dia.

Mencari pemicunya

Para peneliti percaya, pemicu MS dapat ditemukan di mikrobioma usus, yang berbeda di semua orang, termasuk di anak kembar.

Tim peneliti merekrut lebih dari 60 pasangan kembar untuk studi MS mereka. Pada setiap pasangan, salah satu menderita MS dan satunya lagi tidak.

"Kembar identik mempunyai materi genetik sama dan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor lingkungan  - seperti makanan atau penyakit di masa kecil – juga sama. Tetapi bisa ada perbedaan di mikrobiota usus," papar pimpinan proyek Dr. Lisa Ann Gerdes.

Timnya ingin menemukan pengaruh bakteri usus terhadap multiple sclerosis.

Penelitian pada manusia dan tikus

Para peneliti menggunakan tikus untuk menyelidiki hubungan antara MS dan bakteri usus. Bakteri ini menimbulkan reaksi imun pada hewan, yang menjurus ke gejala-gejala seperti di manusia. Kaki belakang tikus menjadi lumpuh dan kondisi memburuk.

Tikus yang dibesarkan di inkubator steril nantinya dikenakan mikrobiota usus manusia. Tikus yang dapat mikrobiota orang kembar dengan MS lebih mungkin mendapat peradangan otak yang khas untuk penyakit ini. Ini pertanda bahwa komposisi mikrobiota usus bisa menjadi pemicu MS.

Semua sampel diperiksa menggunakan metode sekuensing informasi genetika untuk menentukan bakteri-bakteri mana saja yang ada dan apa pengaruhnya.

Baca juga: Ahli Temukan 35 Gen yang Sebabkan Penyakit Ginjal Kronis

Pencegahan dini

"Dengan ini kami bisa mengikuti fase-fase awal dari perkembangan MS secara langsung," kata Gerdes.

"Penelitian lebih lanjut mengenai mikrobiota usus pasien-pasien MS diharapkan membantu kami untuk lebih mengerti mekanisme penyakit ini, " lanjut Gerdes. "Kami ingin mengembangkan terapi yang bisa mencegah perkembangan penyakit ini atau menghentikan perkembangannya."

Harapan terbesarnya adalah untuk bisa mengendalikan penyakit MS sedini mungkin, lalu sejauh mungkin.

Lisa Ngo sendiri pernah kuliah farmasi, sebelum akhirnya beralih ke sains molekular. "Saya ingin mengembangkan obat-obatan untuk MS dan bekerja untuk menjadikan MS lebih bisa ditahankan," katanya. "Inilah impian saya."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com