Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilupakan 25 Tahun, Fosil di Museum Rupanya Nenek Moyang Burung Modern

Kompas.com - 14/11/2018, 18:31 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Gizmodo

KOMPAS.com - Museum arkeologi biasanya menyimpan segudang fosil yang mengundang decak kagum. Namun, apa yang dipamerkan pada etalase mungkin hanya sebagian kecil dari seluruh informasi masa lalu atau sebuah "kunci" rahasia yang dapat mengungkap misteri masa lalu.

Hal ini seperti yang terjadi pada salah satu museum di Utah. Museum tersebut sebenarnya telah menyimpan fosil burung yang sangat luar biasa selama 25 tahun, tapi baru dapat dijelaskan tahun ini.

Dalam laporan yang terbit di jurnal PeerJ, fosil itu seukuran burung kalkun dan dijuluki enantiornithine. Burung enantiornithine diduga kuat mampu terbang dan mungkin merupakan salah satu yang paling lengkap dari jenisnya, yang ditemukan di Amerika Utara.

Bagi para ahli yang melakukan pengamatan, fosil enantiornithine sangat istimewa karena dapat menguak misteri tentang mengapa sebagian dinosaurus punah tetapi burung lain (yang kita lihat sampai hari ini) masih ada.

Baca juga: Ditemukan, Spesies Dinosaurus Tangguh yang Hidup di Lingkungan Ekstrem

"Kerangkanya menceritakan kisah evolusi yang menarik. Tepat sebelum mereka punah, burung enantiornithine melakukan adaptasi agar bisa terbang seperti burung modern yang kita kenal saat ini," kata penulis Jessie Atterholt, asisten profesor di Western University of Health Sciences kepada Gizmodo, dilansir Selasa (13/11/2018).

Fosil enantiornithine yang sudah mendiami museum selama seperempat abad itu ditemukan oleh ahli paleontologi Howard Hutchison dalam perjalanan ke Grand Staircase-Escalante National Monument di Utah, sebuah monumen yang usianya sudah 75 juta tahun.

Banyak ahli paleontologi percaya spesimen itu sangat menarik dan penting. Hanya saja analisis awal yang sudah pernah dibuat tak pernah dilanjutkan.

Sempat dilupakan dan dibiarkan begitu saja, akhirnya Atterholt dan timnya tertarik untuk mengetahui bagaimana burung enantiornithine berevolusi.

"Kini kami sudah mewujudkannya," imbuhnya.

Kerangka fosil yang sekarang digolongkan sebagai spesies baru dengan nama Mirarce eatoni, memiliki beberapa tulang belakang, pangkal tulang belakang yang mendukung bulu ekor, hampir semua tulang kaki kiri dan beberapa tulang kaki kanan, humerus, tulang paha, tulang kaki terendah yang juga ditemukan pada burung tarsometatarsus, dan potongan lainnya.

Atterholt dan timnya sepakat bahwa M. eatoni merupakan burung seukuran kalkun. Hal yang paling menarik dari spesimen ini adalah adanya garis-garis kasar yang diduga sebagai tonjolan bulu burung pada tulang ulna atau tulang depannya.

Sangat menarik karena tonjolan bulu burung seperti itu juga ada pada burung modern. Ini mengindikasikan bahwa burung itu bisa terbang di masa lalu.

Hingga saat ini Atterholt dan timnya terus meneliti tulang-tulang tersebut untuk mempelajari seperti apa burung itu di masa lalu dan bagaimana burung itu berevolusi.

Kata ahli lain

"Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah salah satu fosil burung paling penting di era Dinosaurus," ujar Steve Brusatte, ahli paleontologi dari Universitas Edinburgh yang tidak terlibat dalam penelitian.

Menurut Brusatte, fosil ini menceritakan kisah sekelompok burung yang berevolusi secara paralel dengan pelopor burung modern yang kita lihat saat ini, tetapi sebagian dari mereka tidak bisa selamat dari peristiwa kepunahan massal dinosaurus yang disebabkan hantaman asteroid.

Brusatte menduga, setelah peristiwa kiamat dinosaurus yang disebabkan asteroid terjadi, hanya ada beberapa burung yang selamat kemudian melakukan diversifikasi menjadi 10.000 spesies burung modern.

"Mungkin mereka memiliki paruh dan bisa makan biji, sumber makanan bergizi yang dapat ditemukan selama beberapa dekade atau abad. Atau mungkin burung-burung ini bersarang di tanah, sehingga mereka tidak ikut musnah ketika asteroid menghantam. Atau mungkin mereka bisa terbang lebih lama, atau tumbuh lebih cepat, atau sembunyi lebih mudah. Kami tidak begitu tahu," katanya.

"Namun penemuan baru ini memberi tahu kita bahwa burung-burung yang hidup bersama dinosaurus terakhir bahkan lebih beragam daripada yang kita pikirkan, jadi itu lebih merupakan misteri mengapa begitu sedikit dari mereka yang selamat dari asteroid," pungkas Brusatte.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau