Dengan logika yang benar pemilih dapat memilah yang mana argumentasi sehat dan yang mana argumentasi cacat sehingga proses ideal yang diinginkan dalam kampanye politik bisa tercapai.
Pemilih harus mampu membaca logika dalam data sehingga tak terjebak dalam argumentasi politis yang tujuannya hanya memenangkan suara pemilih, bukan mengungkap kebenaran.
Tunggu. Apakah Anda mendeteksi kekeliruan berlogika jenis false dichotomy dalam kalimat terakhir saya di atas? Semoga.
Baca juga: Dari Sudut Pandang Ilmiah, Inilah Kenapa Orang Indonesia Suka Kerokan
* Pengajar di Universitas Mataram dan Kandidat Ph.D. di Monash University
Tulisan ini pertama kali terbit di The Conversation