Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari "Halloween" sampai "Asih", Kenapa Kita Suka Nonton Film Horor?

Kompas.com - 19/10/2018, 20:30 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Kalau akhir pekan ini Anda memutuskan untuk menonton film di bioskop, setidaknya ada tiga judul film horor yang sedang tayang. Ada Goosebumps 2: Haunted Halloween, Halloween, dan film horor Indonesia Asih.

Mungkin ketiga film itu juga sempat menjadi obrolan bersama teman hingga berujung pada rencana menonton bersama.

Disadari atau tidak, film horor atau film dengan alur menyeramkan memang memiliki daya tarik sendiri. Namun, sebenarnya mengapa kita sangat tertantang menonton film horor meski takut?

Untuk menjawab pertanyaan itu, Psychology Today pernah mengulas beberapa teori yang berkembang berdasarkan hasil pengamatan para psikolog sosial. Berikut beberapa ulasannya.

Baca juga: Wewe Gombel dan Hantu-hantu Tak Terkenal dari Jagat Lelembut Indonesia

1. Ingin merasakan takut

Profesor psikologi sosial dan organisasi dari Universitas Utrecht mengungkap bahwa banyak orang tertantang ingin menonton film horor karena pada dasarnya ingin merasakan perasaan takut itu sendiri.

"Saat memilih sebuah hiburan, Anda sebenarnya ingin merasakan (hiburan) itu berdamapak pada diri Anda. Sebab itu, saat orang memutuskan untuk menonton film horor itu karena mereka ingin merasakan efeknya," katanya dalam sebuah wawancara dengan IGN di tahun 2013.

2. Punya tiga faktor pemikat

Dalam makalah yang ditulis Glenn Walters di jurnal Media Psychology edisi 2004, ia mengungkap bahwa film horor memiliki tiga faktor pemikat.

Pertama, rasa tegang yang didapat dari misteri, teror, kejutan, hingga darah kental.

Kedua, relevansi yang berhubungan dengan pribadi, kebudayaan suatu tempat, dan ketakutan akan kematian.

Ketiga, unrealisme yang bertentangan dengan faktor kedua dan ingin dinikmati.

Kesimpulan ini didapat Walters setelah mengkaji sejumlah studi psikologi terdahulu yang dapat mendukung hipotesisnya.

3. Kita bisa mengontrol diri karena fiksi

Pada 1994, tiga orang ahli bernama Haidt, McCauley, dan Rozin membuat penelitian tentang film dokumenter yang membuat mual.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau