KOMPAS.com – Ada yang unik setelah terjadinya bencana gempa Palu. Di tengah upaya masyarakat Palu untuk bangkit kembali, mereka kedatangan tamu dari hutan. Sebelas ekor rusa tampak mondar-mandir di Jalan Raya Kota pada hari Senin kemarin (9/10/2018) dan membuat warga terheran-heran.
Untuk mendapatkan penjelasan dari kejadian ini, Kompas.com menghubungi peneliti mamalia dan pengelolaan satwa liar dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Gono Semiadi, lewat sambungan telepon pada Selasa (9/10/2018).
Gono meyakini bahwa perilaku rusa-rusa turun dari hutan hingga masuk ke kota ini ada hubungannya dengan gempa Palu.
Dia menjelaskan bahwa sebagai satwa liar, rusa memiliki insting dan sensitivitas lebih terhadap gejala alam. Bahkan, rusa-rusa ini mungkin sudah bisa mendeteksi getaran gempa pada skala richter yang tidak dirasakan oleh manusia.
Baca juga: Pemandangan Langka, Rusa Putih Tertangkap Kamera Sedang Bersin
Masuknya jumlah rusa ke kota ini juga dipengaruhi oleh jumlah anggota dalam kawanan rusa (apakah besar atau kecil), serta arah gempa dan posisi satwa.
“Ada penelitian, walaupun sangat-sangat sedikit, (yang menyebutkan bahwa) kalau gempanya tektonik atau bukan dari gunung meletus, itu ada kecenderungan rusa akan turun dari ketinggian. Kenapa? Karena kalau terlalu tinggi, bisa terjadi longsor,” ujar Gono.
Dia melanjutkan, kemarin itu kan gempanya disusul terus dan berlanjut selama beberapa hari, mungkin bagi satwa, tempat tinggalnya yang tinggi itu secara insting sudah tidak aman sehingga dia turun.
Sebagai catatan, Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebut bahwa hingga Senin (8/10/2018), pukul 09.00 WIB, terdapat 494 gempa susulan di Sulawesi Tengah, walaupun hanya 15 yang dirasakan oleh masyarakat.
Baca juga: Ratusan Bangkai Rusa di Norwegia Picu Keanekaragaman Hayati, Kok Bisa?
Mengenai masuknya rusa hingga ke kota, Gono berkata bahwa itu mungkin karena rusa kebablasan. Pada awalnya, rusa mungkin hanya turun sampai ke pedesaan. Namun, karena penduduk sudah melarikan diri, rusa pun terus turun ke tempat yang lebih aman sehingga sampai ke perkotaan dan dilihat banyak orang.
Gono pun meminta masyarakat agar membiarkan rusa-rusa itu berkeliaran di kota. Selain karena spesies ini merupakan satwa dilindungi, rusa juga akan secara alami akan menjauh dari manusia ketika getaran tidak lagi dirasakannya.
Namun, kapan rusa akan kembali ke hutan masih belum bisa diprediksi. Gono mengatakan, persoalannya, pada getaran berapakan satwa liar itu merasa masih harus menghindari tempat tinggalnya? Kita belum tahu itu.
“Tapi kita positif saja lah, bahwa rusa turun (hutan) itu juga untuk sama-sama cari selamat. Jadi, jangan terlalu dipakai sebagai indikator bahwa ‘Selama rusa ada di dalam kota, berarti kemungkinan gempa besar juga masih ada’. Itu jangan demikian, karena para ahli gempa bumi pun bilang bahwa kita masih belum bisa memprediksi kapan gempa bumi itu terjadi,” imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.