KOMPAS.com – Tepat dua tahun lalu, Jumat (26/08/2016), 323 rusa kutub yang ada di daerah terpencil pegunungan Hardangervidda, Norwegia, tersambar petir dan mati.
Dalam pemberitaan sebelumnya, kematian ratusan hewan itu dipastikan karena sambaran petir mengejutkan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tidak hanya ratusan rusa kutub, 70 ekor anak sapi pun turut menjadi korban keganasan petir di Norwegia.
Pihak berwenang memutuskan membawa kepala rusa untuk diteliti. Sedangkan bangkainya dibiarkan tergeletak begitu saja di lokasi kejadian agar membusuk.
Bukannya jadi tak berguna, bangkai ratusan hewan itu justru meningkatkan keragaman tumbuhan di sana. Menurut laporan yang terbit di jurnal Biology Letters Study, Rabu (15/8/2018), itu karena binatang pemakan bangkai meninggalkan fesesnya yang berupa biji-bijian.
Baca juga: Apa Maksud Gagak Kawini Bangkai Spesiesnya?
Dilansir Business Insider, Kamis (23/08/2018), Sam Steyaert, seorang peneliti dari Norwegian University of Life Sciences dan timnya mendirikan laboratorium lapangan di sekitaran Hardangervidda.
Di laboratorium itu, mereka mengamati feses burung dan hewan pemakan bangkai terkonsentrasi di sekitar bangkai. Hewan pemakan bangkai yang dideteksi pada ahli antara lain serigala, elang emas, dan rubah. Ada hewan yang diamati langsung, ada juga yang tertangkap kamera.
Dalam feses hewan pemakan bangkai ada kandungan aneka macam biji-bijian, dan pada akhirnya menjadi bibit dan tercipta ekosistem tumbuhan baru.
Misalnya saja ratusan burung gagak sebagai hewan pemakan bangkai paling dominan di kawasan tersebut, membawa bibit crowberry dalam fesesnya. Crowberry merupakan spesies kunci di tundra alpine (tanaman asli daerah pegunungan yang tumbuh di bebatuan, red) dan merupakan salah satu tanaman yang sulit tumbuh.
Crowberry memiliki dampak besar untuk keanekaragaman hayati, terutama karena menjadi sumber makanan yang signifikan.
Bangkai rusa dapat menciptakan kondisi yang tepat untuk tanah yang gersang dan padat nutrisi untuk perkembangbiakan cacing tanah.
Menurut studi terbaru, bangkai hewan mati dan kehidupan tanaman memiliki kedekatan karena dapat membuat pergeseran tiba-tiba dalam tingkat keasaman dan konsentrasi nutrisi tanah.
Sebidang tanah yang telah menjadi ‘pulau pengurai’, akan mendukung kehidupan tanaman yang sebelumnya tidak dapat tumbuh di daerah tersebut.
Baca juga: Sadisnya Pemburu Gajah di Myanmar, Hanya Sisa Bangkai Tak Berkulit
Dalam sudut pandang yang lebih luas, kondisi ini dapat meningkatkan keragaman genetik di area tersebut.
Steyaert memprediksikan bahwa di masa yang akan datang tanaman di wilayah pembantaian rusa akan semakin beragam karena tingginya intensitas hewan yang menjatuhkan feses kaya benih di sekitaran rusa yang membusuk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.