Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gajah Yatim Piatu Punya Kehidupan Sosial Lebih Keras, Ini Dampaknya

Kompas.com - 23/08/2018, 19:02 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Gajah merupakan salah satu hewan yang dikenal memiliki empati tinggi. Gajah hidup dalam sebuah kelompok keluarga yang sangat dekat. Saking dekat dan empati yang dimiliki oleh gajah, hewan berbelalai ini akan berduka jika melihat kerabatnya atau keluarganya yang mati.

Dengan maraknya perburuan gajah dewasa, kita dapat membayangkan bagaimana duka yang dirasakan oleh anak gajah yang ditinggal mati oleh induknya.

Dilansir dari Science Daily, Selasa (21/08/2018), sebuah penelitian yang dilakukan Colorado State University bersama dengan Save The Elephants menemukan bahwa anak gajah — khusunya anak gajah betina — yatim piatu, punya kehidupan yang lebih keras.

Anak gajah yang ditinggalkan oleh induknya akan melakukan perpindahan ke unit keluarga gajah lain. Akan tetapi perpindahan ini cenderung memberikan banyak agresi, seperti dorongan fisik.

Baca juga: Benarkah Tunggangi Gajah Bisa Bikin Cedera? Ini Kata Ahli Anatomi

Penelitian yang dipimpin oleh Shifra Goldenberg, menganalisis pola interaksi sosial anak gajah betina yatim piatu yang kehilangan induknya karena perburuan atau kematian alami. Goldenberg dan timnya melakukan penelitian ini selama lima tahun di Kenya Utara.

"Gajah hidup dalam kelompok matriarki yang memfasilitasi akses ke sumber daya terbatas seperti makanan, air, dan perlindungan,” ujar Goldenberg, yang juga seorang peneliti di Save The Elephants.

“Kami menemukan perpisahan (gajah) yatim piatudengan kerabat sedarah dapat memicu tanggungan bagi gajah muda, karena mereka berada di bawah anggota kelompok lain. Apa artinya ini bagi kelangsungan hidup dan reproduksi jangka panjang mereka tetap menjadi pertanyaan," tambahnya.

Meskipun anak gajah yang sudah yatim piatu dapat membangun jaringan sosial baru, namun sebenarnya kehidupan sosial mereka tidak sepenuhnya kembali normal.

Menurut Goldenberg, gajah betina muda dapat berinteraksi dengan gajah lain yang bukan kerabatnya. Namun, mereka kurang dapat berinteraksi dengan gajah betina dewasa.

Pada akhirnya, hal tersebut mengurangi akses gajah muda yatim piatu untuk mendapatkan makanan dan sumber daya lainnya, termasuk pertukaran informasi antar generasi dalam masyarakat gajah.

Penelitian ini juga menunjukkan dampak baru yang substansial yang disebabkan oleh perburuan gajah dewasa.

Antara tahun 2009 dan 2013, populasi gajah di Samburu dan Cagar Alam Buffalo Springs di Kenya Utara, tempat penelitian ini dilakukan, perburuan gading meningkat drastis dan diterpa kekeringan yang menyebabkan banyak gajah muda jadi yatim piatu, tanpa induk atau nenek.

Baca juga: Gen Zombie, Alasan di Balik Imunitas Gajah dari Kanker

Beberapa gajah muda memilih untuk tinggal bersama dengan yang tersisa dari kelompoknya, yang lain meninggalkan kelompok kelahiran mereka dan bergabung pada kelompok lain yang tidak memiliki relasi.

Ironisnya, gajah muda yang lain bahkan menjadi gelandangan. Mereka bergabung dengan kelompok sosial yang lain tetapi tidak sepenuhnya berkomitmen pada satu kelompok.

George Wittemyer profesor di Department of Fish, Wildlife, and Conservation Biology dari universitas yang sama mengatakan, pemulihan populasi gajah akibat dari perburuan akan sangat bergantung pada kemampuan betina muda dalam keberhasilannya merekonstruksi kehidupan sosial mereka.

“Jauh, ikatan seumur hidup adalah komponen mendasar dari kelompok gajah,” kata Wittemyer, yang juga menjabat sebagai ketua Dewan Ilmiah pada Save The Elephants.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com