KOMPAS.com - Dua pekan setelah Lombok diguncang gempa berkekuatan M 7 pada Minggu (5/8/2018), semalam (19/8/2018) Lombok kembali diguncang gempa bumi dengan kekuatan sama.
Gempa itu terjadi pukul 21.56 WIB dengan kekuatan M 7,0 dan berlokasi di koordinat 8,28 LS dan 116,71 BT, dengan kedalaman 10 kilometer.
Di waktu bersamaan 21.56 WIB, gempa berkekuatan M 6,9 juga mengguncang lokasi di koordinat 8,44 LS dan 116,68 BT, dengan kedalaman 18 kilometer.
Baca juga: Penaikan dan Penurunan Daratan Pasca Gempa Lombok, Ini Dampaknya
Berkaitan dengan hal tersebut, Daryono selaku Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG mengungkap ada enam fakta yang perlu kita pahami. Berikut ulasannya:
1. Aktivitas gempa baru
Gempa yang terjadi semalam adalah aktivitas gempa baru.
Hal tersebut diketahui setelah BMKG memperhatikan lokasi episenter gempa M 6,9 yang terletak di ujung timur pulau Lombok dan sebaran episenter gempa yang mengikutinya dan membentuk kluster episenter dengan sebaran ke arah timur (di laut) hingga sebelah utara Sumbawa barat.
BMKG melaporkan gempa 6,9 SR (bukan 7 SR) yg terjadi pada 19/8/2018 pukul 21.56 WIB adalah AKTIVITAS GEMPA BARU. Bukan gempa susulan dari gempa 7 SR (5/8/2018). Sumber gempa dari Sesar Naik Flores. Intensitas guncangan gempa dirasakan di Lombok Timur & Lombok Utara VI-VII MMI. pic.twitter.com/4egFkhk5W0
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) August 19, 2018
2. Berkaitan erat dengan gempa 5 Agustus 2018
"Antara gempa berkekuatan M 7,0 yang terjadi pada 5 Agustus 2018 dan gempa M 6,9 yang terjadi pada 19 Agustus 2018 tadi malam, memiliki keterkaitan yang erat," kata Daryono.
3. Dipicu trigger statis (static stress)
Menurut Daryono, munculnya aktivitas gempa baru yang berpusat di ujung timur pulau LOMBOK diduga kuar dipicu oleh trigger statis dari rangkaian gempa-gempa kuat di Lombok yang berkekuatan M 6,4, M 7, dan M 5,9 yang terjadi sebelumnya.
4. Terjadi di satu sistem sesar yang sama
Rekahan (rupture) batuan yang diciptakan oleh kedua gempa tersebut masih terjadi pada satu sistem sesar yang sama yaitu masih dalam kerangka sistem Sesar Naik Flores.
"Ini tempak jelas dari mekanisme pusat gempa yang terjadi," ujarnya.
Ia menambahkan, meski seluruh aktivitas gempa terjadi pada satu sistem sesar yang sama, namun keduanya memiliki bidang deformasi yang berbeda.