David Stemmer mengatakan, ia menekuni pekerjaan ini secara kebetulan dan berawal dari sukarelawan.
"Ini adalah sesuatu yang tidak Anda pelajari di universitas, tidak ada kursusnya," katanya.
"Saya diajari beberapa hal oleh pendahulu saya dan seiring waktu saya menemukan berbagai teknik sendiri dan memperbaiki prosesnya."
Bagi Stemmer, pekerjaan ini membuatnya harus tahan dengan beberapa aroma unik.
"Lama kelamaan kita akan terbiasa dengan bau seperti ini. Anda harus terus bernapas, agar hidung menjadi kebal (terjadap aroma menyengat)," ujarnya.
"Satu-satunya masalah adalah minyak dan aroma paus sangat kuat menempel dan sulit hilang. Ini bisa menempel di pakaian, termasuk kulit Anda," imbuhnya.
Dalam melakukan tugasnya, David Stemmer dibantu beberapa relawan dan mahasiswa magang.
Koleksi membantu peneliti secara global
Setelah kerangka diawetkan dengan cermat, kerangka itu akan dimasukan dalam koleksi Museum SA.
"Setiap spesimen memiliki banyak jenis hal yang berkaitan dengannya. Ada banyak data, mungkin beberapa jaringan beku untuk genetika, beberapa organ reproduksi," kata Dr Catherine Kemper, manajer penelitian museum untuk mamalia besar.
Baca juga: World Orca Day, Mengenal Paus Pembunuh, Si Predator Puncak di Samudera
"Kita bisa menggunakan hewan-hewan itu dan semua hal yang datang dari mereka untuk menceritakan kisah biologi mereka.
"Setiap individu memberi kita potongan kecil lain dalam teka-teki kisah hewan itu."
Data dari spesimen termasuk semua pengukurannya juga akan dikatalogkan dan tersedia bagi para peneliti paus di seluruh dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.