Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekaman Ini Tunjukkan Orang Terakhir dari Suku Terpencil Amazon

Kompas.com - 24/07/2018, 18:06 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

"Masalahnya tidak ada ruang kosong di Amazon," ujar Jose Carlos Meirelles, mantan pejabat FUNAI.

"Kita terbang di atasnya dan melihatnya seperti semuanya adalah hutan, tapi di sana penuh dengan pengedar narkoba, penebang liar, dan lain-lain," sambungnya.

Ketika kepentingan-kepentingan eksploitatif ini konflik dengan suku-suku terasing ini maka mereka bisa terancam.

Tahun lalu, penambang emas ilegal diduga membantai hingga 10 anggota suku terpencil Fleicheros di wilayah terdekat Brasil barat.

Untuk melindungi anggota suku-suku ini, FUNAI kemudia secara legal membatasi masuk ke wilayah mereka.

Dalam kasus orang terakhir dari sukunya ini, area demarkasi Tanaru Indigenous Land (TI) membentang di atas lahan seluas lebih dari 8.000 hektar.

Baca juga: Ini Alasan Kenapa Suku Berburu-Meramu Punya Penciuman Lebih Baik

Wilayah ini memberi manusia ruang bebas untuk berburu, menanam tanaman, dan melakukan tradisi sukunya.

Pemantauan

Dalam 10 tahun terakhir, FUNAI juga telah melakukan puluhan perjalanan untuk memantau pria dan wilayahnya.

Mereka melihat tempat tinggal yang dia bangun, makanan yang dia tanam (jagung, ubi kayu, pepaya, dan pisang), tongkat dan kepala panah dia ukir, dan lubang-lubang yang digali untuk menangkap binatang.

Sayangnya, FUNAI telah mengalami pemotongan anggaran besar-besaran tahun ini.

"FUNAI telah mengalami pemotongan anggaran besar baru-baru ini, dan awal tahun ini menutup beberapa pos perlindungan di daerah-daerah di mana orang-orang pribumi yang tidak dikontrak tinggal, namun FUNAI menaikkan jumlah suku-suku yang tidak terkontaminasi," kata Sonia Watson, direktur penelitian Survival kepada AFP, Senin (23/07/2018).

"Tidak pernah pos-pos ini menjadi lebih penting karena tekanan meningkat dari agribisnis dan kepentingan pertambangan," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com