Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditetapkan WHO sebagai Gangguan Mental, Apa Sebenarnya Kecanduan Seks?

Kompas.com - 12/07/2018, 11:09 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sebagai contoh, bila sedang sendiri maka ia akan melakukan onani atau hal lain untuk memuaskan diri sendiri.

"Kalau ada orang lain, mungkin dia akan menggunakan orang lain untuk memuaskan dirinya. Namun bila orang lain tidak mau, dia akan memperkosa atau memaksa orang lain. Nah, ini yang dimaksud mengganggu lingkungan," imbuh Romi.

"Mengganggu dirinya, adalah dia tidak bisa melakukan aktivitas lain sebelum dia melakukan itu (aktivitas seks), atau dia baru bisa berkegiatan saat sudah melakukan itu, atau saat beraktivitas dia tetap membayangkan melakukan hal tersebut (seks)," jelasnya.

Ketika hal semacam ini sudah bermunculan, maka seseorang dikatakan tidak normal. Ini karena tidak dapat hidup dan beraktivitas seperti umumnya.

Baca juga: Kanker Serviks Tak Selalu akibat Seks Bebas, Hapus Stigma Itu

Solusi kecanduan seks

Sebelum memutuskan untuk memberi sebuah solusi, biasanya seorang psikolog atau psikiater harus melihat latar belakang orang yang kecanduan tersebut.

Ada berbagai faktor yang dapat menimbulkan kecanduan. Pertama, dorongan hormonal atau dorongan dari dalam diri untuk melakukan kegiatan seksual jauh melebihi orang lain. Kedua, stimulasi berlebihan.

"Stimulasi berlebihan itu akhirnya memengaruhi otak. Otak mengirimkan pesan bahagia bila sudah melakukan sesuatu yang berkaitan dengan seks," katanya.

"Dan kalau mau diobati, kita juga harus membantu dia untuk mempunyai aktivitas dan minat lain dalam hidup," jelas Romi.

Ketika seseorang sudah terbelenggu dan tidak bisa lepas dari kegiatan seks, ia tidak akan peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Dengan membantu mengalihkan pada minat dan aktivitas lain, diharapkan secara perlahan seseorang akan lepas dari kecanduan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com