Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Terjebaknya Remaja Thailand, Kondisi Goa di Indonesia Sama

Kompas.com - 05/07/2018, 08:08 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

Sebelum ditemukan, warga Thailand cukup was-was, karena sudah begitu lama para remaja tersebut menghilang. Ketika sudah ditemukan dalam kondisi selamat, mereka semua gembira.

Pemerintah Thailand juga melibatkan sekitar 1.000 orang, termasuk dari luar negeri, dalam proses penyelamatan para remaja ini.

Ini menjadi bukti betapa seriusnya otoritas negara ini. Apalagi, media sangat antusias meliput proses penyelamatan ini.

Semua pihak selalu mengikuti pemberitaannya karena mereka khawatir terhadap nasib belasan siswa tersebut. Pemberitaan gencar mendorong otoritas berusaha maksimal untuk menemukan mereka.

Baca juga: Siklon Cempaka dan Banjir Gunung Kidul, Apa Dampaknya bagi Biota Goa?

Masyarakat Thailand secara umum bersimpati karena upaya pencarian yang dilakukan pemerintah sangat serius, termasuk dengan melibatkan tenaga ahli dari negara lain.

Menariknya, masyarakat petani yang tinggal di sekitar gua merelakan sawahnya menjadi tempat penampungan air yang disedot dari dalam gua. Padahal, dengan begitu, sawah mereka menjadi rusak karena kebanyakan air.

Jadi bukan saling menyalahkan terkait keputusan sang pelatih yang membawa belasan anak melakukan perjalanan ke dalam gua. Hal itu bahkan tidak mendapat sorotan.

Standar Keselamatan

Sebagai pemilik perusahaan wisata penelusuran gua dan pimpinan asosiasi wisata, Cahyo Alkantana menegaskan bahwa sudah ada standar keselamatan yang baku di Indonesia, termasuk early warning system atau sistem peringatan dini.

Salah satunya adalah dengan memperhatikan yang disebut catchment area atau daerah tangkapan hujan di kawasan gua tersebut.

"Apabila hujan cukup lebat, itu kemungkinan besar permukaan air di catchment area itu akan naik, nah kita stop dulu tidak boleh ada kegaitan wisata penelusuran gua. Harus ditutup dengan tegas. Kalau diabaikan maka bisa terjadi kecelakaan," tutur Cahyo.

Selain itu pada musim hujan, penelusuran gua ditutup sama sekali. Ditambah lagi, diterapkannya pembatasan jumlah penelusur gua pada musim-musim tertentu, khususnya untuk gua-gua basah juga mengurangi risiko peristiwa semacam ini terjadi.

Cahyo menambahkan biasanya risiko kecelakaan terjadi di 'gua-gua liar' yang belum disurvei dan juga dalam penelusuran yang dilakukan oleh orang per orang.

Di Indonesia beberapa kali terjadi kecelakaan saat penelusuran gua, walau tidak semuanya disebabkan banjir.

Data dari Masyarakat Speleologi Indonesia (MSI) memperlihatkan banyak kecelakaan terjadi karena penelusur terjatuh maupun tertimpa bebatuan.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau