JAKARTA, KOMPAS.com – Siklon tropis Cempaka yang telah luluh pada Rabu (29/11/2017) berpotensi memberikan dampak pada biota goa
Siklon memicu curah hujan tinggi dan mengakibatkan banjir di wilayah karst Gunung Kidul sejak Selasa (28/11/2017). Air hujan tak sepenuhnya bisa dialirkan lewat sungai-sungai bawah tanah sehingga akhirnya meluap.
Peneliti arachnida dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Presiden Indonesian Speleological Society, Cahyo Rahmadi, mengungkapkan bahwa banjir bisa membuat biota goa kehilangan habitatnya.
Dampak fenomena banjir akibat siklon pada biota goa ini perlu dipelajari.
Baca Juga: Pelajaran soal Karst dan Air dari Kasus Danau Dadakan di Gunung Kidul
Dikutip dari laman Facebook Indonesian Speleological Society, Cahyo mengungkap prediksi dampak banjir terhadap biota goa.
Dia mengatakan, berdasarkan data yang dikumpulkannya, sejumlah goa yang mengalami banjir adalah Gua Kalisuci, Gua Ngingrong, Gua Jomblang, dan Gua Sodong Mundal.
Gua Ngingrong tergenang dengan kedalaman air mencapai lebih dari 40 meter dari dasar sungai. Tempat ini merupakan habitat penting bagi beberapa spesies khas gua, seperti Karstarma jacobsoni yang merupakan spesies kepiting dari keluarga Sesarmidae.
Gua Kalisuci – Gua Grubug – Gua Jomblang merupakan habitat kelelawar dari berbagai spesies dan juga habitat udang gua, seperti udang kecil atau Macrobrachium sp. Tempat tersebut tergenang dengan kedalaman mencapai 35 meter di Gua Kalisuci dan 70 - 80 meter di Luweng Grubug.
Gua berikutnya yang terdampak adalah Gua Jlamprong dan Gua Semuluh yang merupakan habitat berbagai spesies kelelawar dan fauna endemik Gunungsewu, seperti Javanoscia elongata dan Tenebrioscia antennuata.
Selain itu, air masuk ke dalam gua Seropan yang menjadi habitat berbagai spesies fauna terestrial seperti kalacemeti (Sarax sp.).
Baca Juga: Menalar Fenomena Danau Dadakan akibat Siklon Cempaka di Gunung Kidul
Cahyo mengungkapkan, akibat banjir, hewan terestrial akan kehilangan habitat sementara spesies akuastik berpotensi kehilangan kolam air perkolasi.
“Kemungkinan beberapa spesies dari terestrial akan musnah dan punah dan kolonisasi spesies terestrial khas goa akan memakan waktu lama. Sementara beberapa spesies fauna akuatik akan mengalami perubahan sebaran dan kehilangan habitatnya. Beberapa spesies akuatik lainnya bisa terbawa banjir hingga ke hilir, seperti ke Pantai Baron,” tulis Cahyo.
Cahyo menjelaskan fenomena ini juga berdampak pada kelelawar (Chiroptera) yang kehilangan tempat bertengger selama air menggenangi gua.
Kelelawar itu juga sangat mungkin mati, jika mereka tidak keluar sebelum air menggenangi gua. Beberapa spesies kelelawar berpindah tempat sampai menunggu kemungkinan menempati gua kembali.
Penelitian perlu dilakukan untuk memastikan dampak tersebut sekaligus mengetahui suksesi di lingkungan goa setelah bencana ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.