Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Lipstik Jadi Ancaman Kehidupan Orangutan dan Spesies Lainnya?

Kompas.com - 01/07/2018, 21:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Selain lipstik, minyak kelapa sawit juga terkandung di dalam produk sampo, sabun, es krim, dan juga mie instan.

Tak heran, dalam 20 tahun terakhir permintaan minyak kelapa sawit meningkat tajam  dan menyebabkan ribuan hektar hutan tropis tua ditebang untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit.

Padahal hutan merupakan tempat tinggal sejumlah spesies yang terancam kehidupannya, termasuk orangutan.

"Orangutan adalah spesies yang tinggal di dataran rendah di pulau Kalimantan, di mana kelapa sawit ditanam," kata penulis laporan Erik Meijaard, dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) kepada BBC.

"Keduanya sering kali bentrok, minyak kelapa sawit menggusur orangutan. Orangutan tersudut ke pemukiman penduduk, kemudian terjadi konflik antara orangutan dengan penduduk setempat, yang akhirnya membuat mereka terbunuh."

"Orangutan punya banyak akal, tapi mereka tidak bisa mengatasi konflik. Mereka adalah spesies dengan tingkat perkembangbiakan yang sangat lambat, pembunuhan itu sangat berpengaruh."

Meskipun begitu, laporan ini mengungkapkan perluasan minyak kepala sawit tidak selamanya buruk bagi berbagai spesies. Babi dan ular diuntungkan dengan adanya ranting dan daun.

Baca juga: Viral, Video Orangutan Hadapi Buldozer Saat Habitatnya Dirusak

Apakah mengurangi penanaman minyak kelapa sawit bisa jadi jalan keluar?

Para ahli IUCN mengungkap pandangan berbeda.

Kelapa sawit merupakan 35 persen dari pasokan minyak tumbuhan dunia, tetapi hanya menggunakan 10 persen lahan untuk menghasilkan minyak tersebut.

Untuk menggantikannya dengan kacang kedele atau minyak biji bunga matahari berarti akan lebih banyak menggunakan lahan, bahkan kemungkinan sembilan kali yang dibutuhkan kelapa sawit.

Kemungkinan besar langkah seperti ini akan menyebabkan pemindahan kehilangan keanekaragaman, di mana semakin banyak spesies di tempat yang berbeda menjadi terancam.

"Jika kelapa sawit tidak ada, Anda tetap akan menghadapi permintaan minyak tumbuhan yang sama di dunia," kata Erik Meijaard.

"Jika Anda berhenti menghasilkan kelapa sawit, hal itu akan diproduksi di tempat lain. Jadi Anda tidak menyakiti orang utan, tetapi beruang yang akan menderita. Ini hanya akan memindahkan masalah ke tempat lain karena permintaan minyak tersebut selalu ada."

Bukankah pemerintah Indonesia dan Malaysia berusaha menghentikan produksi minyak kelapa sawit yang membunuh spesies?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com