KOMPAS.com - Momen tersembar petir yang hanya berlangsung beberapa milidetik dapat membuat segalanya berubah total.
Meski singkat, temperatur panas yang dihasilkan bisa mencapai 50.000 derajat Celsius. Ini sama panasnya dengan permukaan matahari.
Tak heran, bagi sebagian orang yang pernah tersambar petir dan tetap hidup akan membangkitkan kepanikan bila mendengar suara gemuruh petir.
"Mereka kerap menderita gangguan stres pasca trauma. Tersambar petir adalah peristiwa yang tidak pernah mereka duga, sehingga sepenuhnya mengubah hidup," kata Profesor Berthold Schalke dari Klinik Neurologi Universitas Regensburg.
Baca juga: Badai Petir di Jupiter Sama dengan di Bumi, Menurut Temuan Baru
Schalke sudah sejak beberapa tahun lalu merawat korban sambaran petir.
Ia menjelaskan, aliran listrik tegangan tinggi dari petir bisa menyebar di permukaan tubuh dan mengakibatkan luka bakar parah.
Contohnya saja salah seorang pasien Schalke yang mengenakan kalung emas saat tersambar petir. Bukan lagi leleh, kalung yang dikenakannya menguap dan meninggalkan luka bakar di kulit.
Kadar luka bakar sama seperti jika terkena uap panas.
Selain emas, kunci yang disimpan dalam saku baju juga bisa berpotensi bahaya. Pasalnya, saat terbakar karena sambaran petir kunci itu bisa terbenam ke dalam kulit.
Schalke mengatakan, sebagian besar korban sambaran petir umumnya tewas.
"Berbagai faktor menentukan, apakah aliran listrik hanya menyebar di permukaan kulit, atau mengalir ke dalam tubuh," imbuh Thomas Raphael dari Ikatan Teknik Elektro, Elektronik dan Teknik Informasi (VDE).
Listrik bisa memasuki tubuh melalui kepala. Listrik mencari jalan, misalnya lewat telinga, lubang hidung, mulut dan mata. Dari sana listrik mengalir ke tulang belakang.
"Ada juga korban sambaran petir yang langsung terjatuh, dan jantungnya berhenti berdetak," kata Schalke.
Ahli syaraf itu percaya, banyak korban yang sebenarnya bisa tertolong jika segera mendapat pertolongan.
Baca juga: Pertama dalam Sejarah, Peneliti Rekam Suara Petir Vulkanik
Kerusakan tidak segera terlihat
Banyak organ tubuh manusia berfungsi dengan impuls listrik, misalnya otot atau syaraf di otak.
Listrik dari sambaran petir menyebabkan semua sinyal listrik di tubuh kacau balau.
Jika menyerang otot, berarti orang itu tidak dapat mengendalikan lagi ototnya atau lumpuh.
Beberapa korban sambaran petir terlempar beberapa meter dari lokasi mereka sebelumnya. Menurut Schalke, itu disebabkan kontraksi otot yang sama sekali tidak bisa dikendalikan manusia.
Sambaran petir bisa menyebabkan kerusakan pada otak dan syaraf, dan baru terlihat lama setelah peristiwa berlalu.
"Jaringan saraf halus yang bertanggung jawab untuk merasakan suhu dan sakit akan rusak," jelas Schalke.
Akibat kerusakan di otak, gangguan kepribadian juga bisa timbul. Orang mungkin tidak bisa berkonsentrasi dengan baik, atau sulit mengingat sesuatu.
Hal itu berdampak pada kemampuan untuk bekerja. Dari segi neuropsikologi, biasanya korban sambaran petir yang selamat tidak bisa berprestasi seperti sebelumnya.
Baca juga: Apa Kehebatan Petir Sampai Bisa Membuat 6 Sapi Mati Berdiri?
Langkah tepat jika cuaca buruk datang
Kadang petir tidak langsung menyambar orang, mungkin menyambar pohon di dekatnya, kemudian menjalar ke orang, baru mengalir ke tanah. Ini biasanya terjadi jika orang berada di dekat pepohonan.
Pakar perlindungan terhadap sambaran petir, Thomas Raphael dari VDE menyarankan untuk tidak berada di luar ruangan saat terjadi petir.
"Paling baik jika berlindung di bangunan yang punya sistem perlindungan terhadap petir. Jika bangunan tidak punya sistem itu, setidaknya harus terbuat dari batu," kata Thomas.
Selain bangunan, mobil adalah tempat berlindung yang aman karena lapisan luarnya dapat berfungsi sebagai konduktor dan pelindung.
Jika memang berada di luar ruangan saat petir, sebaiknya berjongkok.
"Saat petir menyambar, ia akan masuk ke dalam tanah. Tapi sebelumnya, petir menyebar ke sekeliling lokasi sambaran terlebih dahulu. Jika saat ini terjadi seseorang melangkah atau bergerak, listrik akan semakin menyebar ke seluruh tubuh," jelasnya.
Ia memperingatkan untuk segera mempersiapkan diri saat melihat petir dari kejauhan.
"Begitu melihat kilat, hitung berapa lama sampai guntur terdengar. Kemudian angka itu dibagi tiga. Dan hasilnya adalah jarak kira-kira petir dalam kilometer ke posisi kita," katanya.
"Jika antara kilat dan guntur kurang dari 10 detik, risiko tersambar petir sangat tinggi," tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.