Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama dalam Sejarah, Peneliti Rekam Suara Petir Vulkanik

Kompas.com - 19/03/2018, 19:07 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah Anda melihat petir yang terbentuk di antara awan abu akibat letusan gunung berapi? Jika ya, mungkin Anda juga mendengar bagaimana suara gemuruhnya.

Sayangnya, selama ini para ilmuwan sulit membedakan suara dari langit tersebut dengan raungan gas panas dari dalam bumi.

Namun, pada Desember 2016 lalu, para ilmuwan berhasil mengabadikan suara dari fenomena tersebut. Para ilmuwan dari US Geological Survey merekam suara petir vulkanik dari gunung berapi Bogoslof di Kepulauan Aleutia, Alaska.

Mereka merekam hal ini menggunakan mikrofon yang diposisikan di pulau terdekat selama 8 bulan. Hasilmua, mereka mendengar suara gelegar antara 8 Maret hingga 10 juni 2017, suara khas dari petir vulkanik.

Baca juga: Terdampak Erupsi Toba, Manusia Purba Afrika Tetap Bisa Bertahan

Temuan ini kemudian mereka publikasikan dalam jurnal Geophysical Research Letters pada Selasa (13/03/2018).

"Ini adalah hal yang pernah diamati dan didengar oleh orang yang mengalami erupsi, tapi ini adalah pertama kalinya kami menangkapnya secara pasti dan mengidentifikasinya dalam data ilmiah," kata Matt Haney, penulis utama penelitian ini dikutip dari International Business Times, Senin (19/03/2018).

"Jika orang-orang mengamati letusan secara langsung, mereka pasti pernah mendengar petir ini," sambung ahli seismologi di Alaska Volcano Observatory tersebut.

Para peneliti mengatakan, analisis dan deteksi petir vulkanik ini bisa menjadi cara untuk memperkirakan ukuran abu yang akan "dimuntahkan" sebuah gunung.

"Memahami di mana kilat terjadi dalam asap tebal memberitahu kita tentang berapa banyak abu yeng telah dikeluarkan, dan ini adalah sesuatu yang sangat sulit diukur," kata Jeff Johnson, ahli geofisika di Boise State, AS yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Apalagi seperti yang kita tahu, abu dari erupsi gunung berapi sering mengganggu perjalanan udara.

Untuk itu, dalam penelitian ini, Haney dan koleganya menyebut bahwa sinyal petir berkorespondensi dengan waktu dan kekuatan sinyal kilat dari erupsi.

Di masa datang, mereka berharap bisa menggunakan petir vulkanik ini sebagai salah satu cara untuk jumlah abu yang dimuntahkan gunung. Ini bertujuan untuk melindungi manusia dan pesawat terbang.

Baca juga: Erupsi Gunung Agung, Seberapa Besar Dampaknya pada Cuaca?

"Saya berharap ke depan, peneliti lain akan bersemangat dan termotivasi untuk melihat data mereka apakah sinyal petir bisa ditangkap," ungkap Haney dikutip dari Washington Post, Kamis (15/03/2018).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau