KOMPAS.com - Sabtu malam (2/6/2018), asteroid berdiameter dua sampai lima meter bernama ZLAF9B2 masuk ke dalam atmosfer Bumi dan berubah menjadi superfireball atau superboloid.
Dalam istilah astronomi, fireball adalah jenis meteor yang terangnya melebihi Venus. Sementara superfireball adalah fireball yang sangat terang setara dengan terangnya matahari.
Menurut astronom amatir Marufin Sudibyo kepada KOMPAS.com, Minggu (3/6/2018), asteroid ini baru ditangkap oleh sistem Catalina Sky Survey yang berpangkalan di AS beberapa jam sebelum jatuh dan sebelumnya diprediksi akan jatuh di Indonesia.
Baca juga: Peneliti: Burung Terbang Pernah Punah Saat Asteroid Hantam Bumi
“Ia (asteroid) melewati Indonesia pada rentan 22.00 sampai dengan 22.30 WIB. Mulai dari Papua hingga di atas Pulau Sumba,” kata Marufin yang mengamati fenomena semalam bersama pendiri Jogja Astro Club (JAC) Mutoha Arkanuddin di markas JAC.
“Kebetulan langit sempurna. Namun karena profil orbitnya belum jelas pada saat itu, ditambah perkiraan dari sejumlah astronom asteroid bakal jatuh di Indonesia bagian tengah-timur, maka ada miss. Asteroid tak terlihat,” katanya.
“Jika kami bisa mengarahkan teleskop pada asteroid dengan magnitudo visual sekitar +11 lebih, (kami) sulit melacaknya karena terhalang terang cahaya Bulan dan parahnya polusi cahaya Jogja semalam,” imbuhnya.
American Meteor Society (AMS) melaporkan penangkapan superfireball yang terangnya melebihi Matahari selama dua detik, dengan magnitudo visual -27 pada saat kejadian.
Tidak ada suara dentuman benda jatuh setelah kejadian. Meski demikian, disebutkan ada penampakan jejak asap sepanjang 10 derajat dalam beberapa saat.
“Analisis sangat prematur saya, dengan magnitudo mutlak 29,6 dan anggap berkomposisi meteorit kondritik, asteroid ZLAF9B2 punya diameter sekitar 5 meter dengan massa sekitar 240 ton,” kata Marufin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.