KOMPAS.com - Para dokter di Jerman meminta para orang tua muslim tidak mendorong anak-anaknya untuk berpuasa selama bulan Ramadhan.
Asosiasi Profesional Dokter Anak di Jerman lebih menganjurkan orang tua untuk menjelaskan kepada anak-anak betapa "tidak sehatnya puasa bagi mereka".
"Pastikan anak dan remaja Anda minum yang cukup. Juga pada siang hari," kata pernyataan yang dikutip media Jerman, Deutsche Welle.
Puasa Lebih Lama
Tahun ini, bulan Ramadhan bertepatan dengan panjangnya hari pada awal musim panas. Ini berarti orang di Eropa akan berpuasa selama sekitar 18 jam sehari.
Bulan Ramadhan, yang waktunya bergeser-geser mengikuti pergerakan bulan, diperingati oleh jutaan muslim di berbagai belahan dunia.
Mereka berpuasa dari makanan dan minuman sejak terbit matahari hingga terbenam selama 30 hari.
Waktu yang cukup lama untuk tidak makan dan minum inilah yang ditakutkan mempengaruhi performa anak di sekolah.
Baca juga: Puasa Lindungi Kinerja Otak, Kok Bisa?
Dampak Puasa Bagi Anak
Anak-anak beragama Islam diwajibkan memulai puasa setelah mencapai akil balig (pubertas), biasanya pada usia 14 tahun.
Anak berusia lebih muda sebenarnya tidak diwajibkan berpuasa, namun para dokter anak di Jerman mengatakan banyak anak yang didorong untuk melakukannya.
Dengan Ramadhan tahun ini yang jatuh pada "pekan-pekan terpenting di masa sekolah", mereka memperingatkan bahwa puasa, terutama tidak minum, bisa berdampak buruk terhadap performa anak di sekolah.
"Kami selalu menemukan anak-anak yang pucat dan tidak fokus selama Ramadhan," kata para dokter.
Beberapa siswa langsung menemui mereka seusai sekolah, kata mereka, setelah pingsan karena "sakit kepala atau sakit perut yang parah".
Bukan Hanya Dokter