Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/05/2018, 18:34 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber VOA News

KOMPAS.com - Puasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban bagi umat Islam. Puasa sendiri berarti bahwa seseorang tidak boleh makan dan minum mulai dari subuh hingga magrib.

Terlepas dari alasan agama dan spiritual, banyak orang yang penasaran apa efek makan terhadap kesehatan manusia?

Hal ini juga menjadi ketertarikan tim peneliti Amerika Serikat. Mereka menemukan bahwa puasa baik untuk otak manusia.

Salah satu peneliti yang terlibat adalah Mark Mattson, seorang ahli saraf di Johns Hopkins University.

Dia mempelajari bagaimana membatasi makan bisa melindungi otak manusia dari penyakit saraf yang memburuk seiring waktu. Penyakit saraf yang dimaksud di antaranya adalah Alzheimer dan Parkinson.

Tim peneliti ini menemukan, mengendalikan dan membatasi asupan kalori bisa meningkatkan ingatan, emosi, dan keadaan pikiran seseorang.

Penelitian selama bertahun-tahun ini mengkonfirmasi kaitan antara jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh dengan kemampuan mental. Kalori di sini menjadi ukuran energi dalam makanan.

Baca juga: Jangan Salah, Puasa Terbukti Ringankan Gejala Penyakit Asam Lambung

Penjelasannya...

Hal ini terjadi karena metabolisme tubuh. Setiap kali kita makan, glukosa dari makanan disimpan di hati dalam bentuk glikogen.

Tubuh membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 12 jam untuk menggunakan semua glikogen tersebut.

"Setelah glikogen habis, tubuh Anda mulai membakar lemak yang diubah menjadi bahan kimia yang digunakan oleh neuron sebagai energi," tulis para peneliti dalam laporan di Johns Hopkins Health Review.

"Bahan kimia ini penting untuk belajar, memori, dan kesehatan otak secara keseluruhan," sambung laporan tersebut dikutip dari VOA News, Senin (21/05/2018).

Ini berbeda ketika kita tidak berpuasa. Kita akan makan tiga kali sehari dan ditambah camilan di antara waktu makan.

Akibatnya, tubuh tidak punya waktu untuk menggunakan semua glikogen di hati. Dengan kata lain, bahan kimia yang penting untuk pembelajaran dan ingatan tidak diproduksi.

Mattson juga menyebut, latihan fisik atau olahraga juga bisa membuat tubuh menggunakan glikogen dalam hati.

"Olahraga terbukti memiliki efek positif yang sama pada otak saat berpuasa," ujar Mattson.

Untuk itu, para peneliti menyarankan mengurangi makan atau berpuasa setidaknya dua hari dalam seminggu atau puasa Senin-Kamis.

Dengan gaya berpuasa tersebut, koneksi saraf di hippocampus meningkat. Bagian otak tersebut mengendalikan emosi dan memori jangka panjang.

Tak hanya itu, berpuasa atau diet kontrol kalori juga melindungi neuron dari penumpukan plak amyloid. Plak amyloid adalah protein yang biasa ditemukan di otak penderita Alzheimer.

Baca juga: Ini Cara Astronot Shalat dan Puasa Kala Matahari Terbit 16 Kali Sehari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau