Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bambang dan Novi, Rela Berkorban Hati demi Kesembuhan Anak

Kompas.com - 09/05/2018, 09:03 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Seusai transplantasi, Kenzie juga pernah mengalami anfal (gagal jantung). Sang orangtua mulanya mengira bayi tersebut "ketempelan" karena matanya melotot mengarah ke atas.

“Di saat itu kami berpikir sudah melakukan yang terbaik. Tapi kalau boleh meminta, kami masih ingin merawat Kenzie hingga dewasa,” ucap Novi sembari berkaca-kaca

“Saya sempat bersumpah tidak akan berkunjung ke sebuah mall di daerah Jakarta Selatan jika saat itu Kenzie enggak siuman (dan) membaik. Sebab, belum sempat ajak dia yang ingin ke sana,” imbuh Bambang sambil mengingat disambut dengan tawa yang pecah.

Sugesti

Novi dan Bambang memang membuat kesepakatan tak tertulis agar orang-orang, termasuk keluarga yang menjenguk, tidak menangis di hadapan Kenzie.

Kendati dalam keadaan anfal, Kenzie pasti mendengar rintihan itu. Kenzie dan orangtuanya hanya butuh disemangati, bukan dikasihani atau diminta sabar.

Baik Bambang atau Novi juga selalu menanamkan pemikiran positif kalau Kenzie pasti sembuh. Kenzie mesti diperlakukan seperti anak-anak pada umumnya supaya dia tidak merasa kalau dia sakit.

Keajaiban pun seolah nyata bagi mereka. Kenzie langsung terlonjak sadar sembari berteriak dengan suara lantangnya yang khas. “Dedek lapar,” kata Novi menirukan.

Syukur langsung terpanjat, bahkan tidak cuma dari keluarga, tetapi juga dari pihak rumah sakit seperti suster dan tim makanan rumah sakit.

Novi berkata bahwa Kenzie termasuk bocah yang gemar mengapresiasi makanan rumah sakit setiap dibagikan. Selain itu dia anak yang ramah dan suka menyapa siapapun.

Pertolongan Tuhan pun terjadi kasat mata untuk Kenzie. Drain yang tidak kunjung kempes tiba-tiba menghilang sendiri isinya. “Ketika mau dioperasi lagi, dokter belum apa-apakan sudah kosong itu isinya,” ungkap Bambang.

Berkat Kenzie, Bambang dan Novi belajar arti berjuang dan bersugesti positif. Kini mereka tergabung dalam komunitas Katahati (kelompok transplantasi hati).

Mereka ingin selalu menyuarakan bahwa anak-anak seperti Kenzie butuh dorongan untuk sembuh. “Terpenting, orangtua punya harapan dulu anaknya pasti sembuh. Itu akan tertransfer jadi semangat bagi anak tersebut,” jelas Bambang.

Seperti Kenzie, itu buktinya, imbuh Bambang.

Kenzie tiap kali akan melakukan operasi nyaris tidak pernah menangis atau menampakkan muka muram. Ia selalu berceloteh ringan, “Yang penting dedek sehat”.

Berkat hati sumbangan sang bunda tercinta, kini Kenzie menjalani hari-hari dengan semakin riang. Sebab, tidak ada lagi berak darah dan anfal yang menguntitnya.

Sirosis yang menggerogoti hatinya telah sirna berganti dengan misi terpendam, yakni membahagiakan ayah dan bunda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau