Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bambang dan Novi, Rela Berkorban Hati demi Kesembuhan Anak

Kompas.com - 09/05/2018, 09:03 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Kenzie lekas diberi penanganan oleh rumah sakit. Dokter menyatakan fungsi hati Kenzie telah memburuk, sedangkan hemotomnya kempes dua minggu berikutnya.

Rumah sakit yang merawat Kenzie merujuk ke RSCM. Mau tak mau, transplantasi memang harus dilakukan.

“Saat itu kami tetap masih belum siap,” ucap Bambang.

Saking masih menolak kenyataan, Kenzie dibawa ke rumah sakit di Bandung. Namun, dokter di sana juga memerintahkan untuk segera transplantasi hati di RSCM.

Baca juga : Mengenal Hepatitis C, Infeksi Bisu yang Menghantui Indonesia

Orangtua Kenzie lantas memberanikan diri mendaftarkan pada Maret 2016. Bambang sebagai ayah merasa punya tanggung jawab untuk menyelamatkan anaknya sehingga dia mengutus dirinya menjadi donor.

Serangkaian skrining pun dia jalani. Dari hasil skrining, ada salah satu yang menghambat prosesnya sebagai donor hati.

“Keadaan hati saya berlemak. Akhirnya saya usaha untuk diet,” ujar Bambang.

Bambang berupaya mati-matian dengan berolahraga dan tidak makan gorengan. Namun, usahanya belum juga membuahkan hasil seperti yang diinginkan. Berat tubuhnya memang menurun dari 70 kg menjadi 61 kg, tetapi hatinya tetap berlemak.

Walaupun masih terus ngotot ingin jadi donor karena ia tak ingin sang istri menderita, rencana Bambang tersebut pupus.

“Kenzie buang air besar darah semua. Akibat varises di saluran eksofagus pecah,” ucap Bambang.

Baca juga : Meski Hepatitis Tanpa Gejala, Pasien Harus Patuh Minum Obat

Dari situ, dokter lantas memberitahukan, transplantasi mesti segera dikerjakan.

“Kenzie enggak bisa menunggu. Transplantasi sekarang atau tidak sama sekali (dengan risiko terburuk),” kata Bambang menirukan pernyataan dokter.

Akhirnya Novi, ibu Kenzie, yang mengajukan diri jadi donor. Dalam waktu dua minggu, mereka mengebut proses skrining.Untungnya Novi memenuhi kriteria pendonor.

Operasi akhirnya dijalankan pada November 2016. “Setelah hati Kenzie diangkat, baru diketahui kalau ia mengidap atresia bilier,” bebernya.

Dokter semula menyebut Kenzie kena Progressive Familial Intrahepatic Cholestasis (PFIC). Gangguan hati di mana ada transporter pada hati yang tak berfungsi. Akibatnya, hati jadi rusak.

Tidak Mulus

Sayangnya, Kenzie harus menjalani sembilan operasi ulang. Pasalnya, ada infeksi cairan di paru-paru dan hati. Berulang kali operasi nyaris tidak pernah melunturkan tawa Kenzie, kata Bambang.

Padahal drain (saluran yang dihubungkan dari perut ke luar) juga tidak pernah kosong, selalu menampung cairan. Untuk bisa pulang ke rumah, volume maksimal hanya boleh 50 militer, tetapi milik Kenzie pernah sampai terisi hingga 900 ml.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau