"Ini adalah alternatif yang baik untuk memungkinkan pasien tetap aktif dengan penggunaan prostesis modern," ujar Mayerson kepada Live Science, Jumat (27/4/2018).
Baca juga : Sulit Orgasme, 3 Wanita Lakukan Operasi G-Spot
Operasi rotationplasty paling sering dilakukan pada anak-anak di bawah usia 12 tahun, karena mereka memiliki kemampuan lebih baik dalam melatih otak untuk menggunakan pergelangan kaki sebagai sendi lutut.
Keuntungan lainnya, rotationplasty memungkinkan anak-anak tetap dapat melakukan berbagai kegiatan termasuk berlari, melompat, atau menari. Kegiatan ini tidak mungkin dilakukan bila kaki diamputasi seluruhnya.
Menurut Stanford Children's Health, pasien yang melakukan rotationplasty tidak akan merasakan phantom pain atau nyeri yang biasanya terjadi setelah amputasi tradisional karena saraf di kaki tetap dipertahankan.
Diwartakan Birmingham Live, Amelia didiagnosis menderita osteosarcoma pada Agustus 2017 dan menjalani beberapa kali kemoterapi sebelum melakukan rotationplasty pada Januari 2018.
Pemindaian yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan tulang Amelia sudah mulai menyatu dengan baik pasca operasi.
"Meski bentuk kakinya berbeda, Amelia cukup berani dan percaya diri saat memperlihatkan kakinya. Saya senang dia dapat melakukan semmua hal yang bisa dilakukan anak normal lainnya," ujar Dr. Lee Jeys, ahli bedah ortopedi di Royal Orthopedic Hospital di Birmingham, Inggris.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Girl, 7, from Tamworth, has leg reattached backwards by @ROHNHSFT after cancer surgery so that one day she may dance again. pic.twitter.com/ZbQZ79NYuJ
— BBC Midlands Today (@bbcmtd) April 25, 2018