KOMPAS.com - Salah satu hal yang ingin dicapai banyak orag ketika melakukan hubungan seksual adalah orgasme. Sayangnya, tidak semua wanita yang berhubungan seksual bisa mencapai tingkatan tersebut.
Ini juga terjadi pada tiga orang wanita di Amerika Serikat. Ketiga wanita tersebut mengatakan bahwa mereka kehilangan kemampuan untuk orgasme melalui rangsangan vagina setelah melahirkan.
Hal ini mendasari mereka untuk melakukan operasi g-spot. Operasi yang dijuluki "G-spotplasty" ini ditujukkan untuk meningkatkan sensitivitas g-spot dan meningkatkan kepuasan seksual.
Prosedur ini mengencangkan jaringan di dinding vagina sekitar tempat yang disebut g-spot.
Baca juga: Kecanduan Stimulasi Prostat, Pria 63 Tahun Tidak Bisa Berhenti Orgasme
G-spot sendiri adalah area vagina yang dikenal bisa menghasilkan orgasme ketika intens dirangsang. Tapi beberapa ahli masih memperdebatkan apakah area ini benar-benar ada.
Di tengah kontroversinya, prosedur ini dilakukan oleh Adam Ostrzenski, seorang ahli bedah ginekologi di Florida. Ostrzenski mengaku bahwa dia telah mengidentifikasi g-spot sebagai kantong yang terdefinisi baik dalam dinding vagina depan.
Dengan kata lain, lokasi g-spot hanya beberapa sentimeter dari pembukaan vagina.
Untuk setiap wanita yang melakukan prosedur ini, Ostrzenski mengeluarkan potongan jaringan kecil berbentuk berlian dari lokasi g-spot. Selanjutnya, dia menjahit kembali dinding vagina untuk membuatnya mengencang.
Prosedur yang dilakukan pada 2013 ini menggunakan anestesi lokal dan obat penenang.
Tak hanya berhenti pada operasi saja, pengalaman ketiga wanita tersebut kemudian dicatat dalam kurun waktu tahun-tahun berikutnya.
Hasil pencatatan menyebutkan bahwa ketiga wanita itu mengatakan bahwa mereka mendapatkan kembali kemampuan orgasmenya tanpa rangsangan klitoris. Mereka juga bahkan melakukan hubungan seksual lebih sering.
Memicu Perdebatan
Sayangnya, tidak ada plasebo dalam penelitian ini untuk membuktikan apakah itu benar-benar efek perbaikan pasca-operasi.
Devan Stahl, asisten profesor yang berfokus pada kode etik klinis di Michigan State University, mengungkapkan pendapatnya terkait hal ini. Menurutnya, masih ada perdebatan besar mengenai g-spot.
Baca juga: Penasaran dengan Isi Otak Perempuan Saat Orgasme? Sains Menunjukkannya
"Ada peneliti yang berpikir itu sama sekali tidak ada, orang lain berpikir bahwa itu mungkin ada tetapi tidak setiap wanita memilikinya," ungkap Stahl dikutip dari New Scientist, Rabu (25/04/2018).