KOMPAS.com - Bermain alat musik mungkin adalah aktivitas yang biasa saja. Tapi bagaimana jika permainan alat musik tersebut dilakukan ketika operasi bedah otak?
Anna Henry adalah pasien tersebut. Dia memainkan flutenya ketika para dokter membedah kepalanya.
Anna adalah seorang pemain flute profesional. Sayangnya dia menderita kondisi keturunan yang menyebabkan kepala dan tangannya terus gemetar.
Kondisi itu yang memaksanya naik ke meja operasi.
Baca juga: Ahli di Brasil Lakukan Bedah Otak dengan Bantuan iPhone
"Saya bisa melawannya, tapi saya lelah melakukannya. Dan itu semakin parah. Saya tahu itu hanyalah masalah saya mau mengakui bahwa saya tidak bisa menahannya lagi, atau melakukan operasi sehingga saya normal kembali," ungkap Anna dikutip dari The Independent, Jumat (30/03/2018).
"Anda tahu bahwa bisa melakukannya, dan Anda tahu apa yang dirasakan, dan Anda hanya tidak bisa membuat tubuh Anda melakukannya lagi, dan itu benar-benar membuat frustasi," tambahnya.
Operasi yang dijalani oleh Anna adalah penanaman elektroda ke otaknya. Dokter melakukan ini dalam upaya mengendalikan gemetar pemain flute tersebut.
Namun, selama operasi tersebut, dokter harus menjaga Anna tetap sadar. Ini dilakukan untuk melihat apakah alat tersebut bekerja dengan baik.
Hal inilah yang membuat Anna terus memainkan flutenya selama operasi.
Melalui rekaman selama operasi terlihat Anna memainkan alat musik tersebut tanpa gemetar. Hingga akhirnya ketika dia selesai dengan "pertunjukkannya" para dokter bertepuk tangan.
"Ini adalah cara untuk benar-benar bisa meningkatkan kondisi dan kualitas hidup pasien, di mana jika hal ini tidak dilakukan maka mereka harus mengonsumsi obat terus menerus yang mungkin hanya memiliki efek sederhana dalam mengatasi gemetar mereka," ujar Albert Fenoy, ahli bedah saraf di Mischer Neuroscience Institute di Memorial Hermann, AS.
Simulasi otek seperti pemasangan elektroda tersebut biasanya memang digunakan untuk para penderita Parkinson atau gemetar. Meski begitu, simulasi ini juga sedang diujicobakan pada orang yang menderita depresi.
Baca juga: Robot Canggih Ini Bor Kepala Manusia dan Bedah Otak dalam 2,5 Menit
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.