JAKARTA, KOMPAS.com - Pernahkah Anda membayangkan saat listrik tiba-tiba padam sewaktu proses operasi berlangsung di sebuah rumah sakit?
Sudah tentu mengerikan rasanya bila sampai hal itu terjadi. Nyawa seseorang bisa menjadi taruhannya.
Terkait hal di atas, setiap rumah sakit punya cara tersendiri untuk mengantisipasi mati listrik.
Sebagaimana kisah yang dibagikan Direktur Rumah Sakit (RS) Indriati Andrew Santoso dalam Innovation Summit 2018 Schneider Electric, di Jakarta, Rabu (18/4/2018).
Menurut Andrew, rumah sakit selayaknya memiliki mitigasi saat mati listrik. Hal itu krusial agar jangan sampai layanan rumah sakit terganggu, terutama saat operasi.
"Mati listrik adalah mimpi buruk bagi kami (manajemen rumah sakit)," ungkap Andrew.
Untuk mitigasi padamnya listrik, RS Indriati berupaya menyediakan genset.
Hanya saja, begitu arus listrik terputus, ada jeda sekitar 7 detik sampai genset menyala. Itu riskan juga untuk pasien yang sedang operasi sehingga kami menambahkan peralatan UPS (uninterruptible power supply)," paparnya.
Selain saat operasi, mati listrik juga bisa menganggu perawatan pasien kanker, jantung, saraf, tulang, dan sebagainya.
Andrew melanjutkan, sebagai rumah sakit yang baru beroperasi sekitar setahun, menjadi penting baginya untuk menjaga kualitas layanan.
Teknologi
Tak hanya menyiapkan mitigasi saat pemadaman listrik, RS Indriati turut menyiagakan 12 teknisi yang terbagi dalam 3 penjadwalan kerja.
Jumlah tersebut, menurut Andrew, memang tidak terlalu banyak untuk ukuran rumah sakit 15 lantai. Maka dari itu, RS Indriati coba menerapkan operasional gedung berbasis teknologi. Misalnya, sistem pengelolaan data EcoStruxure dari Schneider Electric.
"Dengan teknologi tersebut, kami menjadi mudah mengatasi terbatasnya jumlah teknisi. Operasional seperti mengatur pendingin udara serta mengetahui kerusakan panel bisa dilakukan cepat," pungkas Andrew.
Konsultan mekanikal dan elektrikal Setyo Triyono menambahkan, pengoperasian gedung dengan pemanfaatan teknologi sudah menjadi tren saat ini.
Melalui teknologi, imbuh Setyo, pengelola gedung dapat dengan mudah menganalisis biaya operasional serta merancang langkah penghematan di masa mendatang.