Sementara itu, Ward menggambarkan manusia purba saat itu cara berjalannya sangat mirip dengan kita.
"Jika Anda punya mesin waktu dan melihat 'Lucy' dari kejauhan, maka cara mereka berjalan sangat mirip manusia modern," kata Ward.
Cara berjalan manusia ini adalah proses evolusi yang akhirnya membedakan manusia dengan primata.
Kemampuan tersebut ada setelah melalui seleksi alam ketika nenek moyang kita beradaptasi dengan perubahan kondisi lingkungan, misalnya hutan-hutan mengering akibat perubahan iklim.
Sedangkan sepupu primata manusia lainnya, mereka umumnya memilih hidup di pohon dan mencari buah yang matang. Anatomi tubuh mereka pun menyesuaikan untuk pintar memanjat dan berayun dari dahan ke dahan.
Sebagian kecil dari primata, memilih jalan berbeda dengan tinggal lebih sering di daratan. Setelah proses evolusi, mereka mulai meninggalkan pepohonan.
Kemampuan jempol kaki untuk mencengkeram mulai pudar. Posisi jempol mulai sejajar dengan jari kaki lainnya.
Bentuk kaki kita saat ini yang agak melengkung agar dapat membantu mendorong kaki belakang adalah hasil proses evolusi.
Baca Juga: Fosil Otak Monster Laut Ini Ungkap Evolusi Makin Kompleks
Sedangkan fitur anatomis lainnya berfungsi menjaga berat badan kita agar seimbang dan berpusat di atas kaki dan kepala kita tetap stabil saat berjalan.
Ian Wallace, seorang ahli biologi evolusi di Universitas Harvard mengatakan, berjalan tegak adalah karakteristik garis keturunan manusia dan konsekuensinya sulit untuk dilebih-lebihkan.
Sebuah penjelasan singkat tentang cara berjalan manusia sangat jelas dituliskan oleh Rebecca Solnit, dalam bukunya Wanderlust: A History of Walking, yang terbit dua dekade lalu.
"Otot tegang. Satu kaki pilar, memegangi tubuh tegak di antara bumi dan langit. Yang lain pendulum, berayun dari belakang. Tumit menyentuh ke bawah. Seluruh berat tubuh berguling ke depan ke arah bola kaki. Kaki besar mendorong keluar, dan berat badan yang seimbang dengan lembut bergeser lagi. Kaki membalik posisi."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.