Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fosil Otak Monster Laut Ini Ungkap Evolusi Makin Kompleks

Kompas.com - 18/03/2018, 20:06 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Di tahun 2011 sampai 2016, para ahli paleontologi gabungan Internasional berhasil menemukan belasan fosil monster laut yang diperkirakan berusia lebih dari 520 juta tahun di Buen Formation of Sirius Passet, Greenland Utara.

Tak hanya satu, mereka menemukan 15 fosil otak dari predator laut yang bernama Kerygmachela kierkegaardi.

Binatang buas ini berbentuk oval dan memiliki organ panjang semacam tanduk di kepalanya. Ia juga punya 11 pasang sirip di setiap sisi dan ekor yang kurus.

Bagi dunia sains, susunan anatomi yang dimiliki K. kierkegaardi sebenarnya bukan hal baru. Namun, tidak dengan otaknya.

Baca juga : Fosil Hidup, Spesies Hiu Baru Ini Lebih Tua dari Dinosaurus

Berdasarkan temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications, Jumat (9/3/2018), ahli paleontologi yang berbasis di Inggris, Jakob Vinther berkata bahwa panjang otaknya bisa mencapai 10 inci atau 25 sentimeter.

Kalau otak vertebrata seperti manusia terbagi menjadi tiga bagian, maka otak fosil predator ini hanya memiliki satu bagian.

"Ini berarti otak hewan di masa lalu tidak sekompleks otak manusia atau hewan arthropoda seperti laba-laba, lobster, dan kupu-kupu yang memiliki tiga bagian," kata Vinther dilansir Live Science, Kamis (15/3/2018).

Ilustrasi ini menunjukkan otak Kerygmachela kierkegaard (kiri) di samping salah satu foto fosilnya (kanan).
Ilustrasi ini menunjukkan otak Kerygmachela kierkegaard (kiri) di samping salah satu foto fosilnya (kanan).

Temuan otak dengan satu bagian adalah sesuatu yang sangat penting.

Apalagi sebelumnya para ilmuwan menduga bahwa nenek moyang semua vertebrata (ikan, amfibi, reptil, unggas, dan mamalia) dan arthropoda memiliki tiga bagian otak.

Berdasarkan hasil analisis anatomi, otak K. kierkegaardi membantu menginervasi atau mendistribusikan saraf ke mata besar dan organ di dahinya untuk berburu mangsa.

Makhluk yang sudah punah ini menggunakan 11 pasang lipatan siripnya untuk berenang menembus air dan berburu.

Baca juga : Inilah Fosil Bayi Burung Paling Langka dari yang Langka

"Matanya yang besar berguna juga untuk menyoroti evolusi arthropoda," ujar ahli paleontologi dari Korea Polar Research Institute, Tae-Yoon Park, yang tergabung dalam penelitian.

"Matanya ini ada di antara mata yang sangat simple seperti dimiliki oleh cacing beludru dan beruang air, dengan mata arthropoda yang begitu kompleks," kata Vinther.

Berdasar temuan ini, para peneliti berhasil mengungkap seperti apa anatomi makhluk purba di masa lalu. Selain otak, para peneliti juga menemukan bahwa hewan ini punya sistem saraf yang jauh lebih banyak dibanding hewan saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau