KOMPAS.com – Gangguan bipolar merupakan masalah kesehatan jiwa yang menyebabkan perubahan ekstrem pada mood, energi, aktivitas, dan kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Masalah ini sebetulnya tidak langka, dan menurut data WHO pada tahun 2016, gangguan bipolar dialami oleh sekitar 60 juta orang di seluruh dunia.
Namun demikian, masih banyak aspek dari gangguan bipolar, termasuk penyebab dan penanganannya, yang masih menjadi teka-teki di dunia medis. Untuk menjawab teka-teki ini, berbagai penelitian dilakukan.
Masalah pada otak
Psikiater dr Dharmawan Ardi Purnama, SpKJ yang dihubungi oleh Kompas.com melalui pesan singkat pada Jumat (23/3/2018), berkata bahwa penyebab dari gangguan bipolar merupakan genetik.
Akan tetapi, belum diketahui gen tunggal yang menyebabkan gangguan bipolar karena masalah ini merupakan hasil interaksi dari banyak gen dan banyak faktor.
Salah satu usaha untuk mengungkap gen penyebab gangguan bipolar dilakukan oleh para peneliti dari University of Michigan dalam Heinz C. Prechter Bipolar Research Program.
Dalam studi raksasa ini; para peneliti mengumpulkan dan menganalisis data genetika, emosi, pengalaman hidup, catatan medis, motivasi, pola makan, temperamen, pola tidur, dan pola pikir dari 1.100 pasien selama bertahun-tahun. Lebih dari 730 pasien di antaranya mengalami gangguan bipolar.
Baca juga : Perjuangan Vindy Melawan Bipolar dan Stigma Masyarakat
Hasil yang telah dipublikasikan dalam International Journal of Epidemiology pada 2017 ini lagi-lagi menemukan bahwa meskipun gangguan bipolar menurun dalam keluarga, tidak ada satu gen tertentu, seperti pada kanker payudara, yang bisa dipastikan sebagai penyebab masalah kesehatan jiwa ini.
Para peneliti justru menemukan bahwa gangguan bipolar tidak disebabkan oleh satu hal saja, tetapi oleh perubahan genetik, ketidakseimbangan kimiawi, kejadian eksternal, dan hal-hal lainnya; walaupun dua gen bernama CACNA1 dan ANK3 diduga memiliki pengaruh pada terjadinya gangguan bipolar.
Menariknya, para peneliti dalam program studi ini juga mendapati bahwa neuron pasien gangguan bipolar mengekspresikan lebih banyak gen untuk reseptor membran dan saluran ion, terutama gen untuk reseptor dan saluran yang mengirim dan menerima sinyal kalsium antara sel. Padahal, sinyal kalsium ini penting untuk perkembangan dan fungsi neuron.
Masalah ini, ujar para peneliti dalam makalah di jurnal Translational Psychiatry pada2014, seperti pengiriman surat dan paket yang salah arah.
Petunjuk serupa mengenai penyebab gangguan bipolar juga ditunjukkan oleh studi yang dipublikasikan oleh profesor neurologi, psikiatri, dan genetika manusia dari University of California, Los Angeles, Daniel Geschwind bersama koleganya di jurnal Sciences pada Februari 2018.
Mereka mengungkapkan bahwa penderita gangguan bipolar memiliki pola ekspresi gen di otak yang mirip dengan penderita autisme dan penderita skizofrenia. Kesamaan ini berupa pengaktifan astrosit dan penekanan gen yang ada pada sinaps, percabangan di antara neuron, yang menyebabkan miskomunikasi sel otak.
Pertanyaannya adalah gen apa yang menyebabkan menganggu pengiriman dan penerimaan sinyal antara sel otak hingga terjadi miskomunikasi ini.