Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Atasi Krisis Air, Ilmuwan Ciptakan Cara Memanen Air dari Udara

Kompas.com - 28/03/2018, 17:35 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilmuwan Australia menciptakan teknologi baru untuk mengatasi krisis air di dunia dengan gel silika. Teknologi tersebut menjadi finalis dalam kompetisi berskala internasional, XPRIZE.

Behdad Moghtaderi, ahli teknik kimia dari Universitas Newcastle, menjelaskan bahwa konsep dasarnya adalah menciptakan pengembunan dengan bantuan energi panas matahari dan setelah itu, proses pendinginan dilakukan untuk mendapatkan air layak minum.

"Langkah pertama adalah menyerap air di malam hari dengan menggunakan bahan pengering, kemudian menggunakan energi matahari di siang hari untuk menghasilkan udara panas dan lembap yang bisa didinginkan," kata Moghtaderi.

"Semakin panas suhu udaranya, akan semakin banyak air yang tertahan di udara, dan apabila kita mendinginkan udara panas itu, kita akan mendapatkan air," tambahnya.

Baca Juga: Ibu Kota Afrika Selatan Kehabisan Air, Solusinya Ada di Bawah Laut

Proses yang dilakukan peneliti ini berbeda dengan siklus pengembunan yang biasa terjadi. 

"Kandungan air di atmosfer biasanya terbentuk karena siklus pendinginan, di mana ada proses pendinginan udara hingga suhu tertentu sampai terjadi pengembunan. Kami merekayasa proses tersebut," kata Moghtaderi, dikutip dari ABC, Jumat (23/3/2018).

Bahan pengering yang digunakan tim Moghtaderi tersebut sama dengan pengering pada gel silika di kotak sepatu yang membuat sepatu tidak diserang jamur.

Profesor Moghtaderi dan timnya mengatakan akan terus berusaha mewujudkan ide tersebut dan memastikan air minum bersih untuk semua, meskipun tidak menang di kompetisi tersebut.

Para ahli juga berkata bahwa teknologi tersebut ramah lingkungan dan dapat bekerja di mana saja, khususnya di negara berkembang, serta tidak tergantung dengan kondisi iklim.

Baca Juga: Kekurangan Air Bukan Hambatan Bertani di NTT, Ini Rahasianya

"Tidak ada bahan yang mahal dan penelitian tersebut benar-benar hasil dari pengamatan bagaimana udara menahan air, perubahan suhu yang terjadi dan bagaimana menemukan metode berdasarkan data yang diketahui," kata Elham Doroodchi, salah satu anggota penelitian.

Sementara itu, salah satu anggota panitia kompetisi XPRIZE mengatakan, di atmosfer terdapat lebih dari 3.000 triliun cadangan air yang belum terserap, dan jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan air manusia di dunia selama satu tahun.

Perlu Anda ketahui, tim Hydro Harvest Operation pimpinan Moghtaderi merupakan satu-satunya wakil dari Australia yang mencapai babak final kompetisi XPRIZE yang akan diadakan di bulan Agustus 2018 nanti. Mereka akan bersaing dengan tim dari India, Amerika Serikat dan Inggris.

Para finalis diminta untuk membuat alat yang dapat memproses minimum 2.000 liter air dari atmosfer per hari dengan menggunakan konsep yang 100 persen ramah lingkungan dan biaya yang tidak lebih dari 2 sen dollar Australia (sekitar Rp 200) per liter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau