Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/03/2018, 19:35 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Pada umumnya, orang-orang membayangkan bahwa roket bergerak vertikal menuju orbit. Faktnya, tidak lama setelah diluncurkan, kebanyakan roket akan bermanuver sampai hampir paralel dengan permukaan bumi untuk mengurangi tekanan gravitasi sebelum melepaskan muatannya ke orbit.

Namun, bukan ini yang dilakukan oleh roket Space X, Falcon9, pada tahun lalu. Dalam misi Formosat-5, roket yang membawa beban ringan dari Taiwan seberat 475 kilogram tersebut terus meluncur secara vertikal di ionosfer sebelum mencapai tujuannya pada ketinggian 720 kilometer.

Akibat kejadian ini, plasma ionosfer kita sempat berlubang, ungkap para peneliti dalam makalah baru yang dipublikasikan di Space Weather.

Baca juga : Roket Terkuat di Dunia Bisa Bawa Mobil ke Luar Angkasa

Para peneliti menjelaskan bahwa roket misi Formosat-5 mencapai ketinggan 300 kilometer dalam lima menit karena bergerak vertikal. Ini menyerupai letusan gunung berapi.

Gerakan ini tidak menciptakan gelombang kejut berbentuk V pada ionosfer yang biasanya ditinggalkan oleh roket dan misil, melainkan sebuah gelombang kejut berbentuk lingkaran yang luasnya 1,8 juta kilometer persegi. Ini merupakan gelombang kejut lingkaran terbesar yang disebabkan oleh roket dalam sejarah.

Beberapa menit kemudian, sebuah lubang terbuka selama dua hingga tiga jam pada plasma ionosofer. Dengan diameter 900 kilometer, lubang ini seperti badai magnet lokal dan menyebakan gangguan sementara pada program navigasi GPS sejauh satu meter.

Meskipun terdengar mengerikan, fenomena ini bukan sesuatu yang patut dikhawatirkan untuk saat ini.

Baca juga : Benarkah Bantuan Elon Musk akan Jadi Kunci Pendaratan Manusia di Mars?

Charles CH Lin dari National Cheng Kung University di Taiwan yang memimpin studi ini berkata bahwa gangguan pada ionosofer atau troposfer dan faktor-faktor lain telah berkali-kali menimbulkan gangguan pada navigasi GPS hingga sejauh 20 meter.

Akan tetapi, semakin sering dan semakin besarnya peluncuran roket di masa depan harus menjadi perhatian khusus.

Lin mengatakan, manusia memasuki era di mana peluncuran roket menjadi semakin umum dan sering karena berkurangnya biaya roket yang bisa dipakai kembali. Sementara itu, kita terus mengembangkan roket yang lebih kuat untuk mengirim kargo ke planet lain.

“Dua faktor ini akan semakin memengaruhi atmosfer tengah dan atas. Ini adalah sesuatu yang harus jadi perhatian,” katanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kapan Fenomena El Nino Berakhir?

Kapan Fenomena El Nino Berakhir?

Fenomena
Tanaman Rambat Kok Tahu Jalur yang Benar untuk Memanjat? Ini Rahasianya

Tanaman Rambat Kok Tahu Jalur yang Benar untuk Memanjat? Ini Rahasianya

Oh Begitu
Apa yang Terjadi Saat Fenomena El Nino dan La Nina?

Apa yang Terjadi Saat Fenomena El Nino dan La Nina?

Fenomena
Apakah Manfaat Makan Jamur untuk Kesehatan Jantung?

Apakah Manfaat Makan Jamur untuk Kesehatan Jantung?

Oh Begitu
Tak Cemari, 'Karat Pintar' Ini Justru Tingkatkan Kualitas Air

Tak Cemari, "Karat Pintar" Ini Justru Tingkatkan Kualitas Air

Fenomena
Mengenal Hidrogel, Teknologi Baru untuk Mengatasi Kelangkaan Air

Mengenal Hidrogel, Teknologi Baru untuk Mengatasi Kelangkaan Air

Fenomena
Bagaimana Berlian Merah Muda Terbentuk? Studi Ungkap

Bagaimana Berlian Merah Muda Terbentuk? Studi Ungkap

Oh Begitu
Apa yang Membuat Ketan Lengket?

Apa yang Membuat Ketan Lengket?

Oh Begitu
Kabar Buruk, Lebah Berpotensi 'Lenyap' dari Eropa pada 2080

Kabar Buruk, Lebah Berpotensi "Lenyap" dari Eropa pada 2080

Fenomena
Apa Hewan yang Terbang Paling Cepat?

Apa Hewan yang Terbang Paling Cepat?

Oh Begitu
Dari Mana Asal Anggur Muscat?

Dari Mana Asal Anggur Muscat?

Oh Begitu
Panda Raksasa di Kebun Binatang Bisa Menderita Jet Lag, Apa Maksudnya?

Panda Raksasa di Kebun Binatang Bisa Menderita Jet Lag, Apa Maksudnya?

Fenomena
6 Fakta Menarik Paru-paru Manusia

6 Fakta Menarik Paru-paru Manusia

Kita
Apakah Penderita Asam Urat Boleh Makan Jeroan?

Apakah Penderita Asam Urat Boleh Makan Jeroan?

Oh Begitu
Apakah Bintang Bisa Menjadi Planet?

Apakah Bintang Bisa Menjadi Planet?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com