Kunjungannya ke Vatikan waktu itu bertujuan untuk mempresentasikan gagasannya tentang asal-usul alam semesta. Misinya saat itu adalah "untuk menghormati sains murni di mana pun itu ditemukan".
Meskipun dia tidak memiliki keimanan kuat tentang Tuhan, Hawking bukanlah orang yang sangat didaktik. Dia juga menghormati upaya gereja untuk "menikahkah" sains dan agama.
Tidak Ada Tuhan
"Saya percaya penjelasan paling sederhana, yaitu tidak ada Tuhan," ungkap Hawking.
"Tidak ada yang menciptakan alam semesta, dan tidak ada yang mengarahkan nasib kita. Ini menuntun saya pada kesadaran yang mendalam bahwa mungkin tidak ada surga dan kehidupan setelah kematian," sambungnya.
Pendapat Hawking tersebut mendapat tanggapan dari pendeta Robert Spitzer. Spitzer menyamakan gagasan Yesuit tentang Tuhan dengan logika dan empirisme Hawking.
"Tuhan adalah alasan mengapa keberadaan itu ada," kata Spitzer dikutip dari Catholic Herald, Rabu (14/03/2018).
"Tuhan adalah alasan mengapa ruang dan waktu dan hukum-hukum alam dapat hadir untuk kekuatan yang Stephen Hawking bicarakan," imbuhnya.
Meski begitu, Hawking tidak mempermasalahkan tanggapan dari Spitzer tersebut. Dia tetap pada kepercayaannya bahwa ruang, waktu, dan alam semesta tercipta setelah adanya BIg Bang.
Baca juga: Sebelum Meninggal, Stephen Hawking Selesaikan Makalah Multiverse
Sebelum Big Bang, menurut Hawking tidak relevan dengan alam semesta.
"Karena peristiwa sebelum Big Bang tidak memiliki konsekuensi pengamatan seseorang mungkin juga memotong teori yang menyebuh bahwa waktu dimulai pada saat Big Bang," tulisnya dalam kuliah umum bertajuk The Beginning of Time.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.