KOMPAS.com - Beberapa hari lalu Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memperlihatkan siang dan malam dari planet Jupiter yang ditangkap Juno, satu-satunya wahana antariksa tanpa awak yang mengelilingi Jupiter.
Sekarang, pihaknya mengumumkan bahwa Jupiter memiliki rupa yang belum pernah terungkap sebelumnya.
Dari data yang diberikan Juno, peneliti mengatakan kutub utara dan selatan Jupiter diselimuti oleh siklon yang sangat kompleks dan jauh dari perkiraan sebelumnya.
Di kutub utara dan kutub selatan, pusaran siklon atau topan tersusun berkelompok. Dalam satu kelompok di kutub utara terdiri dari sembilan pusaran dan di kutub selatan terdiri dari enam pusaran.
Kecepatan anginnya pun melebihi kekuatan badai Kategori 5, yakni mencapai 220 mph (350 kpj).
Baca juga : Begini Penampakan Siang dan Malam Jupiter dari Mata Juno
Peneliti NASA berkata siklon padat yang menyelimuti kutub tidak mengalami banyak perubahan sejak penelitian ini mulai dilakukan.
Tentu saja hal ini membuat para peneliti terkejut. Bagaimana tidak, sebelumnya mereka memperkirakan bahwa sistem awan yang menyelimuti Jupiter sama dengan awan yang menyelimuti kutub utara Saturnus.
"Dugaan kami salah," kata pemimpin penelitian Alberto Adriani dari Institut Nasional Astrofisika Italia kepada The Independent, dilansir Kamis (8/3/2018).
Secara detail mereka menerangkan pengelompokan di masing-masing kutub terbentuk secara rapi. Misalnya saja seperti di kutub utara yang pengelompokannya terdiri dari sembilan pusaran siklon, di sana nampak delapan pusaran kecil mengelilingi satu pusaran lebih besar di tengahnya.
Sedangkan di kutub selatan ditemukan pengelompokan pusaran yang membentuk pentagon atau segi lima dengan satu pusaran di tengahnya.
Jupiter merupakan planet kelima dan terbesar di sistem tata surya kita. Juno sendiri sudah mengorbit di Jupiter sejak 2016 untuk mengamati dan memotret Jupiter dari jarak yang lebih dekat.
Baca juga : Bintik Merah Raksasa Jupiter Tertangkap Mata Juno, Sejarah Tercipta
Studi lain dalam jurnal yang diterbitkan Nature minggu ini mengungkap bahwa ada jet stream atau angin yang bertiup sangat kencang dari timur ke barat Jupiter yang bisa menembus ribuan kilometer di bawah puncak awan yang terlihat.
Yohai Kaspi dari Weizmann Institute of Science di Rehovot, Israel dan rekannya memperkirakan kedalaman aliran jet stream yang bisa ditembus adalah 3.000 kilometer atau 1.865 mil.
"Hasil ini sangat mengejutkan karena ini mengindikasi bahwa atmosfer Jupiter sangat besar dan membentang jauh lebih dalam dari perkiraan sebelumnya," jelas Kaspi.
Dengan lebih memahami jet stream dan medan gravitasi yang kuat, Kaspi berkata hal ini dapat digunakan para ilmuwan untuk menguraikan inti Jupiter dengan lebih baik.
Kaspi menambahkan situasi yang sama mungkin terjadi di planet besar seperti Saturnus, di mana memiliki atmosfer yang lebih dalam dari Jupiter.
Peneliti dari laboratorium Jet Propulsion NASA, Glenn Orton dan Fachreddin Tabataba-Vakili, yang terlibat dalam penelitian mengatakan bahwa temuan baru yang berhasil mereka ungkap merupakan perspektif baru Jupiter.
"Kami tidak bisa mengatakan berapa banyak lagi misteri yang belum ditemukan. Setidaknya kami sudah menemukan sesuatu yang jauh lebih menarik dari perkiraan kami," kata mereka dalam surat elektronik kepada The Independent.
Baca juga : Bertahan 400 Tahun, Badai Raksasa Jupiter Bakal Mati Tak Lama Lagi
Sementara itu, Jonathan Fortney dari Universitas California, yang tidak terlibat dalam penelitian mengatakan temuan ini sangat kuat dan berarti besar. "Pengukuran presisi tinggi dari medan gravitasi planet dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang dinamika di dalam planet," kata Fortney.
Fortney percaya Juno dapat membantu para ilmuwan menentukan kedalaman bintik merat besar dari planet Jupiter yang berupa badai besar berputar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.