KOMPAS.com - Kehilangan anggota keluarga atau kerabat dekat tak pernah diinginkan siapapun. Bersusah hati, itulah hal yang mereka rasakan.
Apalagi bayangan tentang yang terjadi pada anggota keluarga yang hilang tersebut cukup menakutkan. Mulai dari bayangan menjadi korban kecelakaan hingga kejahatan menghantui keluarga korban.
Dalam beberapa tahun terakhir, di beberapa negara telah mengembangkan tes DNA untuk mencari anggota keluarga hilang. Cara ini biasanya merupakan tindakan terakhir yang dilakukan oleh keluarga korban.
Baca juga: Anak Hilang, Lapor dan Tes DNA!
New York
Di kota New York misalnya, telah dilakukan upaya nasional untuk mengumpulkan materi genetik dan mencocokannya dengan jenazah yang tidak dikenal. Ini merupakan cara untuk memberi jawaban beberapa anggota keluarga dan mungkin beberapa penghiburan.
"Orang tidak akan pernah berhenti tanpa jawaban, setidaknya ada beberapa jawaban," ungkap Barbara Sampson, kepala pemeriksa medis kota New York dikutip dari ABC News, Minggu (18/02/2018).
Sampson dan timnya mengambil DNA sampel dengan menyeka air liur keluarga terdekat korban. Tapi, mereka juga mengambil DNA dari barang-barang peninggalan korban seperti sisir, sikat gigi, pisau cukur hingga pembalut wanita.
Dengan cara ini, Sampson dan timnya berhasil mengidentifikasi sekitar 50 orang hilang setiap tahunnya.
Sayangnya, semuanya ditemukan tewas.
"Sebagian dari Anda berharap mereka tidak pernah menghubungi, karena jika mereka menelepon, maka itu berarti semuanya berakhir," ujar Rose Cobo, yang mengajukan pencarian berbasis DNA kepada Sampson dan timnya setelah keponakannya hilang tahun 2016.
Meski begitu, program ini telah membantu banyak orang. Salah satunya adalah Luis Merchan yang kehilangan adik laki-lakinya pada 2015 silam yang meninggalkan Ekuador dan melintasi perbatasan Amerika Serikat.
DNA yang diberikan Luis cocok dengan seorang pria berusia 35 tahun yang meninggal akibat dehidrasi di gurun Texas, AS.
Baca juga: Bagi Pakar DNA, Kulit Hitam Moyang Orang Inggris Bukan Hal Aneh
Indonesia
Tak hanya di Amerika Serikat, ternyata uji DNA untuk menemukan anak hilang juga telah ada di Indonesia sejak beberapa waktu lalu.
Wakil Ketua Laboratorium Forensik Lembaga Eijkman Loa Helena Suryadi mengatakan, DNA orang tua bisa digunakan untuk mencocokkan dengan DNA anak-anak yang ditemukan dalam kasus perdagangan anak.