Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tes DNA Bisa Digunakan untuk Cari Orang Hilang

Kompas.com - 20/02/2018, 17:17 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber ABC News

KOMPAS.com - Kehilangan anggota keluarga atau kerabat dekat tak pernah diinginkan siapapun. Bersusah hati, itulah hal yang mereka rasakan.

Apalagi bayangan tentang yang terjadi pada anggota keluarga yang hilang tersebut cukup menakutkan. Mulai dari bayangan menjadi korban kecelakaan hingga kejahatan menghantui keluarga korban.

Dalam beberapa tahun terakhir, di beberapa negara telah mengembangkan tes DNA untuk mencari anggota keluarga hilang. Cara ini biasanya merupakan tindakan terakhir yang dilakukan oleh keluarga korban.

Baca juga: Anak Hilang, Lapor dan Tes DNA!

New York

Di kota New York misalnya, telah dilakukan upaya nasional untuk mengumpulkan materi genetik dan mencocokannya dengan jenazah yang tidak dikenal. Ini merupakan cara untuk memberi jawaban beberapa anggota keluarga dan mungkin beberapa penghiburan.

"Orang tidak akan pernah berhenti tanpa jawaban, setidaknya ada beberapa jawaban," ungkap Barbara Sampson, kepala pemeriksa medis kota New York dikutip dari ABC News, Minggu (18/02/2018).

Sampson dan timnya mengambil DNA sampel dengan menyeka air liur keluarga terdekat korban. Tapi, mereka juga mengambil DNA dari barang-barang peninggalan korban seperti sisir, sikat gigi, pisau cukur hingga pembalut wanita.

Dengan cara ini, Sampson dan timnya berhasil mengidentifikasi sekitar 50 orang hilang setiap tahunnya.

Sayangnya, semuanya ditemukan tewas.

"Sebagian dari Anda berharap mereka tidak pernah menghubungi, karena jika mereka menelepon, maka itu berarti semuanya berakhir," ujar Rose Cobo, yang mengajukan pencarian berbasis DNA kepada Sampson dan timnya setelah keponakannya hilang tahun 2016.

Meski begitu, program ini telah membantu banyak orang. Salah satunya adalah Luis Merchan yang kehilangan adik laki-lakinya pada 2015 silam yang meninggalkan Ekuador dan melintasi perbatasan Amerika Serikat.

DNA yang diberikan Luis cocok dengan seorang pria berusia 35 tahun yang meninggal akibat dehidrasi di gurun Texas, AS.

Baca juga: Bagi Pakar DNA, Kulit Hitam Moyang Orang Inggris Bukan Hal Aneh

Indonesia

Tak hanya di Amerika Serikat, ternyata uji DNA untuk menemukan anak hilang juga telah ada di Indonesia sejak beberapa waktu lalu.

Wakil Ketua Laboratorium Forensik Lembaga Eijkman Loa Helena Suryadi mengatakan, DNA orang tua bisa digunakan untuk mencocokkan dengan DNA anak-anak yang ditemukan dalam kasus perdagangan anak.

"Barangkali ketika ada penangkapan kasus perdagangan anak, salah satunya ada anak hilang yang dicari. Kita tinggal cek dengan DNA," ujar Helena di Gedung Lembaga Eijkman, Jakarta kepada Kompas.com, Kamis (19/3/2015).

Helena mengatakan, program ini dinamakan DNA Prokids yang sudah ada di Indonesia sejak 2010. Tes DNA dilakukan gratis baik terhadap anak-anak maupun ibu yang kehilangan anaknya. DNA Prokids pun sudah dilakukan di 15 negara di dunia.

Sejarahnya...

Penggunaan tes DNA untuk pencarian orang ini sendiri sebenarnya dipelopori oleh Kantor Pemeriksa Medis Kota New York, tempat Sampson bekerja saat ini. Cara ini pertama kali sejak peristiwa 9/11.

Saat itu, teknik ini berguna untuk mengidentifikasi puluhan ribu sisa-sisa menusia yang ditemukan di reruntuhan World Trade Center.

Sekarang, program pencarian orang dengan menggunakan DNA terus dikembangkan. Salah satunya, dengan mengambil sampel DNA dari fragmen tulang.

Baca juga: Peneliti Bongkar Skandal Masa Lalu Elite di Mesir Lewat Analisis DNA

Hal tersebut dilakukan karena hingga saat ini, tes DNA hanya menggunakan sampel yang berasal dari darah atau air liur. Padahal, kedua sampel tersebut sangat mudah hancur karena proses uji coba.

Teknologi genetika terbaru memungkinkan beberapa sel direproduksi untuk DNA yang dapat diidentifikasi tak terbatas.

Caranya, bahan genetik yang telah dihancurkan kemudian diputar dalam mesih pemisah dengan putaran. Selanjutnya dihasilkan cairan bening yang dituangkan ke dalam tabung reaksi pada jalur perakitan robot.

Tabung berisi cairan tersebut diberik kode batang dan dikunci pada lemari besi yang aman.

Setelahnya dilakukan analisis dari tes tersebut untuk menghasilkan profil genetik. Profil genetik inilah yang dicocokkan ke bang data yang disebut National Missing and Unidentified Person System (AS).

Sistem ini mampu mencari kesamaan untuk dalam string DNA yang mengindikasikan dua orang terkait.

"Tugas kami adalah membantu mengidentifikasi orang yang Anda kasihi dan mengembalikannya pada Anda," kata Mark Desire, asisten direktur separtemen pemeriksa medis Biologi Forensik kota New York.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com