Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Deteksi Kanker Paru seperti Diderita Kepala Humas BNPB Sutopo

Kompas.com - 14/02/2018, 12:30 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

“Ini namanya patient delay,” ujar Elisna. Kondisi ini umum dikenal sebagai patient delay diagnosis.

Jika kondisi tersebut sudah terjadi, Elisna menyarankan pasien tersebut sebaiknya melanjutkan terlebih dahulu pengobatan anti-TB selama enam bulan. Kemudian, pengecekan ulang tentang penyakitnya bisa dilakukan.

Faktor kedua yang membuat salah diagnosis adalah doctor delay diagnosis. Dokter keliru saat membedakan antara kanker paru dan TB-pulmonori. Saat itu, bisa jadi pasien tersebut sebenarnya memang mengidap dua penyakit tersebut.

Elisna menegaskan, untuk mengurangi kejadian salah diagnosis tersebut, hanya dokter onkologi yang sebetulnya berhak untuk mengidentifikasi dua penyakit saluran pernapasan ini pada pasien.

Baca juga: Kesalahan Diagnosis Kanker Paru Sering Terjadi, Anda Turut Berperan

Mengembangkan Deteksi Dini

Kesulitan mendeteksi sel kanker tersebut mendorong Achmad Hudoyo, mahasiswa Program Doktor Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), untuk mengembangkan metode seteksi kanker paru.

Hudoyo memodifikasi beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti dunia. Dia menggunakan embusan napas untuk mendeteksi gen yang mengalami metilasi DNA.

Senyawa tersebut hanya terdapat pada penderita kanker paru.

Metilasi adalah salah satu mekanisme epigenetik atau perubahan ekspresi gen tanpa mengubah rangkaian DNA-nya. Ini berberda dengan mutasi, karena pada mutasi bahan genetik DNA telah berubah.

"Perubahan epigenetik biasanya terjadi di awal proses penyakit," kata Hudoyo dikutip dari harian Kompas, Senin (15/01/2018).

Embusan tersebut ditampung dalam balon karet yang menggantikan tabung khusus pada penelitian sebelumnya. Penggantian ini disebabkan harga tabung yang terbilang cukup mahal.

Selanjutnya, dilakukan proses uji di laboratorium biomolekuler.

Dengan konsep tersebut, Hudoyo merancang sebuah alat yang bisa digunakan untuk meniup balon sekaligus menyalurkan uap panasnya ke kertas saring khusus. Kertas saring ini nantinya menahan dan menyimpan informasi genetik.

"Informasi DNA di kertas saring itu bisa bertahan lama, hingga tahunan," kata Hudoyo.

Baca juga: Akankah Semua Perokok Terkena Kanker Paru? Dokter Menjawab

Kertas saring inilah yang kemudian dikirim ke laboratorium untuk diuji. Uniknya, pengirimannya bisa melalui jasa pos.

"Cara ini membuat proses deteksi dini kanker paru bisa dilakukan siapa pun, termapsuk mereka yang tinggal di pulau kecil," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com