Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Bertahan di Luar Angkasa, Astronot Manfaatkan Kotoran Sendiri

Kompas.com - 01/02/2018, 18:01 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis


KOMPAS.com – Menjelajahi ruang angkasa bukanlah perkara mudah. Terutama menyangkut kebutuhan dasar para astromon seperti makan dan minum.

Banyak kendala yang dialami para astronom terkait hal itu. Seperti wahana ruang angkasa yang tak memiliki ruang cukup luas untuk menampung berbagai makanan dalam misi perjalanan yang cukup jauh seperti ke Mars misalnya.

Kendala lainnya, bobot makanan dapat mendorong pengunaan bahan bakar roket lebih besar. Ujungnya adalah tambahan biaya perjalanan.

Menumbuhkan bahan makanan dengan sistem hidroponik mungkin bisa menjadi pilihan. Namun kendalanya diperlukan waktu dan energi. Pilihan ini akan terbentur dengan sumber daya yang dimiliki wahana antariksa.

Untuk mengakalinya, muncul alternatif menarik yakni mengolah kotoran dari para astronom menjadi sesuatu yang bisa dikonsumsi. Sebelumnya daur ulang urin telah berhasil dilakukan dan ditempatkan di stasiun ruang angkasa internasional (ISS).

Baca juga : Inikah Perlengkapan Make Up Buatan NASA Untuk Astronot Wanita?

Tim ilmuwan dari Pennsylvania State University sudah mengambil langkah maju untuk mewujudkan ide tersebut. Mereka menemukan cara menggunakan mikroba untuk menghancurkan kotoran padat dan cair dengan sangat cepat.

Para peneliti mengklaim temuan mereka dapat meminimalkan perkembangan patogen. Selain itu, zat yang tersisa dapat digunakan dalam makanan ruang angkasa. Hal ini seperti dijelaskan dalam jurnal yang terbit di Life Science in Space ResearchNovember 2017. 

"Agak aneh, tapi konsepnya akan sedikit mirip Marmite atau Vegemite di mana Anda makan olesan ‘mikroba lengket’,” kata ilmuwan yang mempelajari bumi, Christopher House dilansir Science Alert, Selasa (30/1/2018).

Ilmuwan berkata kotoran tadi diubah berdasarkan standar industri, di mana mereka menggabungkannya dengan sejumlah mikroba tertentu dalam sistem silinder sebesar 1,22 meter (4 kaki).

Proses ini disebut pencernaan anaerobik yang mirip dengan proses pengolahan makanan di usus manusia yang tak membutuhkan oksigen.

Metana yang dihasilkan selama pencernaan anaerobik dialihkan ke mikroba lain, Methylococcus capsulatus. Bakteri ini telah digunakan industri dalam memproduksi suplemen atau biomassa untuk pakan ternak.

Dengan menggunakan protein 52 persen dan lemak sebesar 36 persen, biomassa yang dihasilkan dengan metana akan dilahap oleh M. capsulatus.

Baca juga : NASA Rekam Pecahnya Gunung Es di Antartika, Apa Penyebabnya?

Untuk mengurangi kemungkinan patogen berbahaya berkembang selama konversi terjadi, para ilmuwan menumbuhkan mikroba bermanfaat lainnya di lingkungan basa dan suhu tinggi. Ini berguna mengingatkan bakteri dan virus untuk bertahan hidup pada kondisi tersebut.

Sederhananya, sistem konversi yang dikembangkan serupa dengan filter yang ada di akuarium untuk mengeluarkan kotoran ikan.

"Kami menggunakan bahan dari industri akuarium komersial namun menyesuaikannya dengan produksi metana," kata House.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau