Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terinspirasi NASA, Teknik Pembibitan Baru Hasilkan Gandum Super

Kompas.com - 04/01/2018, 09:04 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com - Para peneliti di Australia berhasil menciptakan teknik pembibitan baru tanaman gandum yang menghasilkan kualitas gandum yang lebih bagus.

Biasanya sebuah varietas tanaman baru butuh waktu 10-20 tahun untuk bisa dikatakan tahan uji dan layak untuk menjadi produk pangan. Namun, terobosan baru dari peneliti di Australia membantah anggapan tersebut.

Inspirasi datang saat para peneliti di Queensland Alliance for Agriculture and Food Innovation (QAAFI) melihat para astronot NASA menyinari tanaman gandum secara berulang-ulang di luar angkasa agar lebih cepat tumbuh.

Dr Lee Hickey, peneliti senior di QAAFI, mempelajarinya dan memakai teknik para astronot tersebut untuk mempercepat proses pembibitan varietas benih tanaman.

Baca Juga: NASA Siapkan Dua Misi Baru untuk Teliti Bulan Terbesar Saturnus

"Penelitian kami menunjukkan bahwa kualitas dan hasil tanaman yang ditanam di bawah iklim buatan dengan metode penyinaran terus menerus bisa memperpanjang waktu siang hari, sehingga hasilnya bisa sama baik atau bahkan terkadang lebih baik daripada bibit yang disemai di rumah kaca biasa," katanya.

"Dari benih ke benih lagi, butuh waktu hanya sekitar enam minggu untuk gandum, dan metode ini juga berhasil untuk tanaman lainnya yang tumbuh dalam skala besar di Australia dan negara-negara lain di seluruh dunia, seperti kacang polong," kata Hickey dikutip dari ABC, Selasa (2/1/2018).

Bekerja sama dengan Dow Agrosciences, tim dari Universitas Queensland (UQ) pun mengembangkan sebuah varietas gandum baru dengan kandungan protein tinggi yang dsebut "DS Faraday". Varietas baru tersebut akan dirilis pada 2018.

"Kami memperkenalkan gen dormansi agar tanaman tersebut dapat bertahan pada masa panen yang basah," kata Dr Hickey.

Baca Juga: Merawat Buah Pisang, dari Bibit Hingga Berkulit Mulus

"Ini telah menjadi masalah ilmuwan gandum di Australia, dan kurang lebih menghabiskan waktu 40 tahun untuk diatasi. Kami akhirnya memiliki terobosan untuk masalah tersebut," tambahnya.

Setelah melakukan uji coba selama 10 tahun, penelitian mereka dimuat di Nature Plants dan banyak penelitian lain juga menggunakan teknik tersebut untuk menghasilkan banyak varietas.

Walaupun baru digunakan untuk tujuan penelitian, teknik ini telah dilirik oleh berbagai pihak industri pertanian.

"Ada banyak kepentingan global dalam teknik ini karena pada 2050, produksi makanan akan meningkat sekitar 60-80 persen untuk memenuhi kebutuhan makanan sekitar 9 miliar orang, perkiraan para ahli terkait populasi manusia saat itu," kata Hickey.

"Teknik ini akan sangat ampuh untuk mempercepat pengembangan tanaman masa depan kita," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau