KOMPAS.com -- Kamera milik NASA merekam proses retaknya sebuah gunung es yang terpisah dari salah satu wilayah lapisan es besar di Antartika akhir tahun lalu.
Area Pine Island di Antartika merupakan salah satu lapisan es utama di Antartika.
Ia terdeteksi meleleh begitu cepat pada bulan September tahun lalu, dan pada 15 Desember 2017, kamera satelit Landsat 8 milik NASA merekam salah satu gunung es yang bernama B-44 terpisah dari Pine Islands.
Menggunakan berbagai cara, termasuk mengamati lengkungan cakrawala matahari dan panjang bayang-bayang; para peneliti menemukan bahwa gunung es tersebut berukuran 48 meter di atas permukaan air laut dan 243 meter di bawah permukaan air laut.
Baca Juga: 7 Robot Canggih Diterjunkan ke Dasar Laut Antartika, Ini Misinya
Dari pengamatan peneliti, B-44 terpecah menjadi lebih dari 20 lapisan es karena kantong air hangat yang dikenal sebagai polyna. Peneliti berpikir bahwa air laut yang lebih panas dari biasanya menyentuh dasar gletser dan menyebabkannya mencair dengan cepat.
"Pada saat suhu laut lebih dingin, es meleleh dengan lambat, dan begitu juga dengan pergerakan gletser. Namun, saat lautan hangat, gletser bergerak sangat cepat," kata Eric Rignot, seorang ahli iklim dari University of California, Irvine, kepada The New York Times.
Menanggapi kejadian ini, Robert Larter, seorang ahli geofisika, berkata bahwa kondisi di Antartika khususnya Pine Islands sudah mengkhawatirkan.
Baca Juga: Antartika Berduka, Ribuan Anak Penguin Mati Kelaparan
"Apa yang kami saksikan di Pine Island sangat mengkhawatirkan. Kami sekarang sedang melihat bagaimana proses retaknya lapisan es hingga terbelah berubah," kata Larter yang telah terbang di atas gletser Pine Island, dikutip dari Newsweek pada hari Minggu (31/12/2017).
Dia melanjutkan, selama 68 tahun, kita melihat pola maju mundur yang meretakkan gunung dan meninggalkan bagian bawah gletser di tempat yang sama.
Bila dalam beberapa fenomena sebelumnya bagian bawah gletser kembali ke posisi yang hampir sama dan lapisan es kembali masuk ke laut, fenomena terbaru terbaru ternyata berbeda.
"Dengan terus menipisnya es, jelas bahwa cepat atau lambat akan ada perubahan pada pola ini - dan inilah yang kita saksikan sekarang," kata Larter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.