Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sains Menjelaskan Alasan Kita Masih Memercayai Hal-hal Paranormal

Kompas.com - 23/12/2017, 18:11 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

Sumber BBC

KOMPAS.com -- Sampai sekarang, orang masih memercayai hal-hal yang berbau mistis atau takhayul.

Bahkan, Anda sendiri mungkin mempercayai bahwa kejatuhan kotoran cicak, kedatangan kupu-kupu di dalam rumah, ada ular di depan rumah, bermimpi bertemu leluhur, dan sebagainya merupakan pertanda bahwa sesuatu hal penting akan terjadi dalam hidup.

Rupanya, memercayai mitos dan takhayul tidak hanya ekslusif di antaran orang Indonesia saja. Menurut survei terbaru, tiga perempat orang Amerika juga masih banyak yang percaya pada paranormal. Bahkan, satu dari lima orang Amerika mengaku pernah melihat hantu.

Hal ini mendorong para psikolog untuk menguraikan alasan di balik kejadian paranormal. Seperti dilansir dari BBC, para psikolog berkata bahwa beberapa manusia memang tidak dapat melepaskan diri dari takhayul dan cerita rakyat lama.

Saat manusia memercayai hal semacam itu, timbul perasaan yang menguntungkan dan seseorang memiliki cukup alasan untuk memahami suatu kejadian. Pasalnya, otak manusia memang selalu berusaha mencari jawaban dan makna di balik peristiwa.

Baca Juga: Ketindihan Saat Tidur Bukan Kejadian Supranatural, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Kepercayaan pada paranormal ini diyakini menjadi semacam perisai untuk mencari jawaban, misalnya saja saat terjadi kematian, kehilangan pekerjaan, bencana alam, dan sebagainya.

"Ini adalah keadaan yang tidak menyenangkan. Saat kita tidak dapat mengendalikan siituasi, kita akan mengaitkannya dengan hal-hal di sekitar kita," kata Jennifer Whitson seorang psikolog dari University of Texas yang menekuni persepsi pola, serta penilaian dan pengambilan keputusan.

Beberapa pengalaman paranormal mistis sudah dijelaskan berdasarkan penelitian aktivitas aneh di otak. Semisal terkait fenomena kerasukan setan atau benda yang bergerak sendiri, ada respons yang ditunjukkan aktivitas otak sebelah kanan yang mengatur pengolahan visual.

Namun demikian, menurut Adam Waytz di Northwestern University di Illinois, ada cara lain untuk memahami tentang takhayul atau paranormal, yaitu dengan anthropomorphism.

Anthropomorphism adalah pandangan terhadap makhluk bukan manusia yang memiliki kemampuan seperti manusia. Misalnya, adanya roh saat badai yang bisa menyebabkan sakit, atau saat dahan pohon menyentuh daun jendela, kita berpikir ada hantu yang ingin mengirimkan pesan.

Baca Juga: Indera Keenam Bukan Mitos, Sebab Nyatanya Manusia Punya Tujuh Indera

"Manusia menciptakan kepercayaan pada hantu karena manusia tidak percaya bahwa alam semesta itu tanpa tujuan," kata Waytz. Menurut dia, ini bentuk umum dari kita saat merasa tidak bisa mengendalikan kehidupan.

Terkait hal aneh tersebut, Tapani Riekki, psikolog dari Universitas Helsinki di Finlandia, mencoba untuk menjelaskanya berdasarkan penelitian selama beberapa tahun terakhir.

Riekki meneliti dua kelompok orang terkait pandangannya terhadap paranormal, yakni orang yang skeptis dan orang yang percaya paranormal. Kedua kelompok diminta untuk melihat animasi bentuk gerakan sederhana.

Ternyata, orang yang percaya paranormal lebih cenderung melihat semacam niat di balik gerakan, dan ini tercermin dalam aktivitas otak yang lebih besar yang berkaitan dengan teori pemikiran dan memahami motif orang lain.

Orang yang percaya takhayul juga cenderung melihat wajah-wajah tersembunyi dalam foto sehari-hari. Temuan ini dikonfirmasi oleh tim lain di Universitas Amsterdam yang menemukan bahwa orang yang percaya paranormal cenderung melihat ada sosok yang berjalan di dalam cahaya.

Baca Juga: 7 Mitos tentang Tubuh Manusia yang Tidak Boleh Anda Percaya Lagi

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau