Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pecahkan Rekor, Ratusan Telur Pterosaurus Langka Ditemukan di China

Kompas.com - 05/12/2017, 18:49 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com -- Para peneliti di China menemukan ratusan telur milik sebuah spesies reptil terbang pada masa dinosaurus. Temuan ini mencakup 16 embrio parsial yang beberapa masih dipertahankan dalam bentuk tiga dimensi (3D).

Dilaporkan dalam jurnal Science pada 1 Desember 2017, embrio menunjukkan bahwa sesaat setelah menetas, hewan tersebut dapat berjalan, tetapi tidak mampu terbang. 

Pemimpin penelitian Xiaolin Wang, ahli paleontologi vertebrata dari the Chinese Academy of Science, berkata bahwa dia dan timnya menemukan 215 butir telur di sebuah blok batu pasir berukuran 3 meter persegi yang berasal dari satu spesies pterosaurus.

Spesies tersebut, Hamipterus tianshanesis, hidup pada periode kapur awal atau sekitar 120 juta tahun lalu di wilayah China barat laut.

Baca juga: Rekayasa Genetika Buktikan Burung Memang Hasil Evolusi dari Dinosaurus

Ini merupakan rekor yang luar biasa. Pasalnya, para peneliti sebelumnya hanya dapat menemukan beberapa telur milik pterosaurus. Lima ditemukan di China, di tempat yang sama, dan dua telur lainnya di Argentina.

Dilansir dari Science News, Kamis (30/11/2017), kelangkaan ini disebabkan oleh telur pterosaurus yang agak lunak dengan cangkang yang tipis. Ini lebih mirip telur kadal modern, daripada telur buaya, burung dan dinosaurus. 

Ciri fisik yang lembut itu membuat telur pterosurus cenderung penyek selama pelestarian.

telur pterosaurus berembrio 3-D telur pterosaurus berembrio 3-D

Menemukan fosil telur yang mengandung embrio tiga dimensi membuka jalan baru untuk pengembangan pterosaurus, kata Alexander Kellner, ahli paleontologi vertebrata Museu Nacional/Universidade Federal do Rio de Janeiro yang juga co-author penelitian ini.

Kellner berkata bahwa ratusan telur tersebut tidak ditemukan di sarang asli spesies ini. Mereka kemungkinan telah terseret banjir saat badai yang hebat. Kemudian, pasir dan sedimen yang terbawa oleh air dengan cepat mengubur telur lunak tersebut dan mengawetkannya.

Baca juga: Hiu Berbadan Ular dengan 300 Gigi Ditemukan, Setua Dinosaurus

"Kalau tidak, mereka pasti sudah membusuk," ujar Kellner.

Melalui komputerisasi tomografi, para peneliti mengamati isi internal telur tersebut. Dua embrio dalam kondisi terbaik mengungkapkan petunjuk tentang perkembangan pterosaurus.

Bagian kunci dari tulang sayap yang disebut puncak deltopectoral tidak sepenuhnya dikembangkan saat masih embrio, menurut tafsiran para peneliti. Akan tetapi, tulang paha dari embrio tersebut telah berkembang dengan baik.

Ini menunjukkan bahwa, ketika lahir, anak-anak pterosaurus dapat berjalan, tetapi belum bisa terbang.

Para ilmuwan juga mengusulkan bahwa bayi pterosaurus mungkin masih memerlukan perawatan orangtua untuk makan.

Menanggapi temuan ini, D Charles Deeming, ahli paleontologi vertebrata dari University of Lincoln, Inggris yang tidak terlibat penelitian ini, ingin mengingatkan para peneliti China untuk lebih berhati-hati dalam menginterpretasikan.

Baca juga: Dinosaurus Batal Musnah, jika...

Menurut dia, ada bahaya salah penafsiran untuk menyebut bahwa spesies ini belum bisa terbang ketika menetas. Sebab, belum ada cukup bukti untuk mengatakan dengan pasti bahwa embrio yang bersangkutan telah mencapai usia yang cukup untuk menetas.

Namun demikian, dengan jumlah telur yang begitu banyak, Deeming berpendapat bahwa peneliti bisa membuat pengukuran kuantitatif untuk memahami kisaran ukuran dan bentuk telur agar dapat mengetahui variasi ukuran hewan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com