Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hages Budiman sebagai Perempuan dan Ibu dengan HIV

Kompas.com - 04/12/2017, 17:04 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

ARV bekerja dengan mengontrol proses replikasi virus, menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tak terdeteksi. Selain itu, obat ini juga berfungsi untuk mengurangi risiko penularan, dan menghambat perburukan infeksi oportunistik. Setiap tahun, ODHA diwajibkan memeriksa kandungan jumlah virus.

Hages berkata, biasanya enam bulan setelah penggunan ARV, virus sudah tak terdeteksi atau membahayakan. Pada kondisi ini, pasangan suami istri bisa berkesempatan memiliki keturunan. Syarat lainnya, jumlah sel kekebalan tubuh berada pada batas normal 410-1599.

“Kita boleh buka kondom pada masa subur. Tiga hari lepas kondom, kemudian dipakai lagi. Paling aman melalui proses caesar dan tidak menyusui. Sebetulnya boleh melahirkan normal dan menyusui tapi syarat dan ketentuannya banyak sekali,” kata Hages yang sudah memiliki suami lagi dan mendapat dua anak darinya.

Tak ada perbedaan membesarkan anak bagi pengidap HIV/AIDS. Hages mengatakan, ODHA bebas mencium dan memeluk anak-anaknya. Hanya saja, pengidap ODHA harus peka dan tanggap bila memiliki luka. Mereka harus segera membersihkan dan menutupnya dengan perban.

Lawan HIV dengan bentuk Kuldesak (Kumpulan Dengan Segala Aksi Kemanusiaan)

Menyadari banyak pengidap HIV/AIDS yang tengah berjuang, Hages bersama delapan orang lainnya membentuk LSM Kuldesak (Kumpulan Dengan Segala Aksi Kemanusiaan) di Margonda, Depok, Jawa Barat.

Mereka melakukan pendampingan dan kelompok belajar terhadap 700 ODHA di Depok. Terbanyak, ODHA yang ditemukan Kuldesak adalah ibu rumah tangga dan anak, juga Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL).

Kini, hampir 40 orang anak dengan HIV-AIDS (ADHA) menjadi asuhan Kuldesak. Sebagian besar merupakan yatim, piatu, atau yatim piatu.

"Anak terinfeksi dari ibu. Kebanyakan ibu tidak tahu. Mereka kerjanya hanya mengurus rumah, tiba-tiba terinfeksi karena perilaku suaminya di luar (rumah)," imbuh Huges.

Baca Juga: Ibu Rumah Tangga Lebih Rentan Terinfeksi HIV daripada PSK, Kok Bisa?

Selama mengelola Kuldesak, menurutnya, tantangan terberat datang dari sesama ODHA. Banyak yang tak bisa menerima status baru. Mitos-mitos membuat ODHA rentan terhadap diskriminasi.

"Apalagi yang tinggal di bukan daerah perkotaan, edukasi (tentang HIV/AIDS) masih kurang. ‘Mbak, saya tinggalnya di kampung. Nanti saya bisa diarak di kampung kalau orang kampung tahu saya HIV positif’. Jadi mereka pikir, HIV itu penyakit kutukan, kotor, mematikan, penularan bisa lewat bersentuhan,” jelasnya.

"Karena ketidaktahuan terjadi stigma dan diskriminasi itu sendiri. (HIV) Hanya bisa menular melalui tiga cairan tubuh: darah, cairan kelamin dan air susu ibu. Air liur bisa, tapi kata penelitian itu perlu 60 galon (air liur) untuk bisa menularkan (HIV). Kecuali ada luka terbuka," tambahnya.

Meski virus HIV/AIDS akan tetap ada di dalam tubuh, bukan berarti ODHA tidak dapat memiliki umur panjang dan hidup seperti orang sehat lainnya. Salah satunya dengan rutin mengonsumsi ARV.

Baca Juga: 9 Mitos soal HIV, Lupakan, Jangan Sampai Terjebak Mempercayainya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com