Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Makan Cepat dan Sedikit Mengunyah? Siap-siap Gemuk!

Kompas.com - 20/11/2017, 18:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com — Bagaimana tipe makan Anda? Apakah Anda orang yang makan dengan cepat atau sebaliknya? Untuk yang suka melahap makanan dengan cepat, sebaiknya hati-hati.

Sebuah penelitian terbaru menjelaskan bahwa mengunyah makanan terlalu cepat dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan menimbulkan beberapa masalah dengan jantung.

Penelitian yang dipresentasikan dalam American Heart Association's Scientific Sessions 2017 ini juga menyebutkan bahwa orang yang makan lebih pelan cenderung tidak mengalami obesitas dan tidak mengembangkan sindrom metabolik.

Sindrom metabolik adalah kombinasi gangguan yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke.

Gangguan tersebut di anataranya tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kadar kolesterol HDL yang rendah. Semua penyakit ini bisa berbahaya.

Baca Juga: Bagaimana Pola Makan yang Benar untuk Pengidap Diabetes?

Bahkan, ketika semua penyakit tersebut didiagnosis bersamaan, kemungkinan mengembangkan masalah kardiovaskular (penyakit yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah)makin meningkat.

"Makan lebih pelan bisa menjadi perubahan gaya hidup untuk mencegah sindrom metabolik," kata Takayuki Yamaji, ahli jantung dari Universitas Hiroshima sekaligus penulis utama penelitian ini dikutip dari Science Alert, Jumat (17/11/2017).

"Ketika orang makan dengan cepat, mereka cenderung merasa tidak kenyang dan akan makan berlebihan. Makan cepat menyebabkan fluktuasi glukosa yang lebih besar dan dapat menyebabkan resistensi insulin," sambungnya.

Yamaji dan koleganya mengamati 642 pria dan 441 wanita dengan rata-rata usia 51 tahun yang tidak mengalami sindrom metabolik pada 2008.

Para peserta kemudian dibagi menjadi tiga kelompok menurut kecepatan makan mereka: pelan, normal, dan cepat.

Setelah mengamati ketiga kelompok tersebut selama lima tahun, hasilnya mencengangkan. Sebanyak 11,6 persen orang yang makan cepat telah mengembangkan sindrom metabolik.

Sementara peningkatan pengembangan sindrom metabolik pada pemakan normal adalah 6,5 persen. Terakhir, pemakan lambat hanya mengembangkan 2,3 persen sindrom metabolik.

Kecepatan makan yang lebih cepat juga dikaitkan dengan bertambahnya berat badan, kadar glukosa darah yang tinggi, dan lingkar pinggang yang bertambah.

Baca Juga: Hidup dengan Makan Daging Laboratorium, Khayalan atau Kenyataan?

Hal itu sesuai dengan penelitain sebelumnya yang menyebutkan makan cepat dapat menyebabkan obesitas. Alasannya, perut tidak punya waktu memberi tahu tubuh bahwa isinya sudah penuh.

Akhirnya, kita akan makan lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Jeremy Pearson, direktur asosiasi medis di British Heart Foundation yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyebutkan, tren masa kini yang menuntut makan dengan cepatlah yang tidak ideal untuk kesehatan jantung.

"Jika ada, ini adalah pengingat bahwa banyak dari kita memiliki gaya hidup yang padat, termasuk makan dengan cepat saat makan siang, atau dalam perjalanan pulang-pergi terburu-buru," kata Pearson.

"Saat melakukan ini, penting bagi orang meluangkan waktu untuk memilih makanan seimbang yang sehat, bukan hanya memilih makanan siap saja atau dibawa pulang," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com