JAKARTA, KOMPAS.com –- Tak semua makanan dapat dikonsumsi oleh pengidap diabetes melitus. Mereka harus memerhatikan asupan yang masuk untuk menjaga kadar gula, lemak, dan radikal bebas dalam tubuh.
Tentu saja, dalam taraf tertetu, orang sehat, juga tak boleh makan sembarangan.
Meski demikian, ahli nutrisi dr Samuel Oetoro menekankan bahwa makanan sehat merupakan syarat penting bagi pasien diabetes melitus untuk menghindari komplikasi. Jumlah, jadwal, jenis, dan cara memasak juga perlu mendapatkan perhatian menyeluruh.
“Pengidap diabetes pantang hanya makan tiga kali. Makan 5-6 kali, tapi tidak banyak. Nasinya diganti dengan nasi merah atau nasi hitam, (karena) nasi putih gulanya tinggi,” kata Oetoro dalam acara “Hidup Sehat dengan Diabetes” di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (8/11/2017).
Baca juga : Asal Tahu Rahasianya, Penderita Diabetes Tetap Bisa Makan Camilan Enak
Oetoro menuturkan, pengidap diabetes perlu mempertimbangkan makananan dengan Indeks Glikemik (IG) rendah. IG mengukur tingkat kecepatan karbohidrat diubah menjadi gula di dalam tubuh.
Saat penyerapan gula berjalan cepat, kadar gula akan naik tak lama setelah makan. Orang tersebut pun menjadi kenyang dan punya energi untuk menjalankan aktivitas. Namun sayangnya, penyerapan gula yang berjalan cepat membuat kondisi ini tak berlangung lama.
Untuk itu, asupan dengan IG rendah dapat menjadi pilihan menu makanan. Buah, misalnya, dapat berperan untuk menggantikan rasa manis dan memiliki manfaat lain berupa serat dan antioksidan.
“Contoh mudahnya adalah es the manis. Habis minum itu kita merasa segar. Gulanya naik, tapi dalam waktu setengah jam turun. Bubur juga IG-nya tinggi. Nasi yang diencerkan bikin bubur mudah diserap dalam lambung, makanya cepat lapar kalau makan bubur. Kecuali pake nasi merah dan buburnya pakai sayur,” kata Oetoro.
Baca juga : Cegah Diabetes dengan Sering Makan Masakan Rumah
Selain beras merah, karbohidrat dapat diganti dengan makanan rendah kadar IG lainnya, seperti ubi dan talas. Dia menganjurkan makan ubi berserta kulitnya yang mengandung tinggi serat. Pengolahannya pun tidak diogreng, melainkan dikukus.
Menurut Oetoro, mengganti gula dengan pemanis bukanlah langkah bijak. Gaya hidup yang sering mengonsumsi gula harus diubah untuk memperpanjang dan menjaga kualitas hidup.
Agar terbiasa, meniadakan gula dan pola hidup sehat dapat dilakukan selama delapan bulan. Setelah itu, jika berhasil menjalananinya, Anda bisa sedikit berbelas kasih dengan cheating days selama dua hari dalam sepekan untuk melahap makanan yang dilarang dalam porsi normal.
“Semua yang dilarang makan, waktu saya bilang bebas, Anda makan juga tidak akan kuat banyak. Sudah kebiasaan. Habit-nya sudah berubah. Minum manis juga sudah tidak senikmat dulu," kata Oetoro.
Dia melanjutkan, selain itu, jangan pakai pemanis. Kalau Anda ambil keputusan untuk tidak makan gula, jangan pakai pemanis. Di mulut kan manisnya masih berasa. Anda tidak akan lupa sama rasa manis. Padahal kan mau ubah gaya hidup sehat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.