Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arkeolog Temukan Sisa Kremasi Buddha di Desa China

Kompas.com - 17/11/2017, 20:31 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Baru-baru ini para arkeolog menemukan sisa kremasi Buddha (Siddhartha Gautama) di dalam sebuah kotak di provinsi Jingchuan, China. Selain penemuan tersebut, mereka juga menemukan 260 patung Buddha.

Tulisan pada kotak tersebut menyebutkan: "Para biarawan Yunjian dan Zhiming dari Sekolah Teratai yang termasuk dalam Kuil Manjusri dari Biara Longxing di Prefektur Jingzhou mengumpulkan lebih dari 2.000 sarira (peninggalan Siddhartha Gautama), seperti gigi dan tulang Sang Buddha, dan menguburkannya di Aula Manjusri di kuil ini."

Tulisan tersebut tertanggal pada 22 Juni 1013.

Di tempat penguburan patung dan sisa Buddha tersebut, para arkeolog juga menemukan sisa-sisa struktur yang berasal dari Aula Manjusri.

Baca juga: Arkeolog Temukan Ruang Rahasia Sebesar Pesawat di Piramida Giza

Dikutip dari Live Science, Selasa (14/11/2017), menurut catatan tersebut, Yunjiang dan Zhiming mengumpulkan sisa-sisa kremasi Buddha selama lebih dari 20 tahun.

"Untuk mempromosikan ajaran Buddha, mereka mengumpulkan sarira. Untuk mencapai tujuan ini, keduanya mempraktikkan ajaran Buddha setiap saat dalam kehidupan mereka selama lebih dari 20 tahun," ujar tulisan tersebut tersebut.

"Kadang-kadang mereka menerima sarira dari sumbangan orang lain, terkadang mereka menemukannya secara kebetulan, terkadang mereka membelinya di tempat lain, dan terkadang orang lain memberi mereka sarira untuk menunjukkan ketulusannya," lanjutnya.

Sayangnya, prasasti tersebut tidak menyebutkan tentang 260 patung yang ditemukan bersama sisa kremasi sang Buddha.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Chinese Cultural Relics ini menyebutkan bahwa para arkeolog sendiri tidak yakin apakah patung-patung tersebut dikuburkan secara bersamaan dengan sisa kremasi.

Para arkeolog yang dipimpin oleh Hong Wu, peneliti dari Institut Peninggalan Kebudayaan dan Arkeologi provinsi Gansu, tidak ingin berspekulasi tentang apakah ini memang sisa-sisa jasad dari Sang Buddha yang telah diketahui meninggal 2.500 tahun yang lalu.

Lagipula, ini juga bukan pertama kalinya, para arkeolog China menemukan jenazah Buddha. Sebelumnya, mereka mengungkap tulang tengkorak manusia yang disimpan dalam peti emas di Nanjing, China, yang diklaim sebagai sisa jenazah Buddha.

Baca juga: Teliti Jejak Prasejarah Gunung Kidul, Arkeolog Pindai Gua Braholo

Selain sisa kremasi sang Buddha, juga ditemukan sekitar 260 patung Buddha. Beberapa di antara patung tersebut ada yang tingginya mencapai dua meter dari masa dinasti Wei (tahun 386-534) dan dinasti Song (tahun 960-1279), tulis para arkeolog.

Patung-patung tersebut mencakup penggambaran Buddha, bodhisattva (mereka yang mencari pencerahan), arhat (mereka yang telah menemukan pencerhanan), dan dewa-dewa. Salah satu patung yang mencuri perhatian memiliki tulisan di atasnya.

"(Saya) menyadari bahwa saya bingung... setiap hari, karena kekaguman saya akan kebijaksanaan Sang Buddha, (saya) menyumbang pengeluaran harian saya sebagai penghormatan, untuk memahat patung Buddha Sakyamuni, berdoa untuk umur panjang, dan...," ujar tulisan di patung tersebut yang beberapa baris selanjutnya tidak bisa terbaca.

Penemuan ini bermula dari penduduk desa yang menemukan patung-patung dan sisa Buddha saat memperbaiki jalan pada Desember 2012 di Desa Gongchi, Jingchuan. Selama beberapa tahun berikutnya, para arkeolog menggali dan merinci temuan mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau