Saat itu, kedua kutub Jupiter terlihat dari Bumi.
Tim peneliti kemudian membandingan aktivitas hotspot selatan dan utara. Keduanya mencakup area yang lebih besar dari permukaan bumi.
Saat aurora selatan mengeluarkan cahaya seperti jarum jam, cahaya di utara justru kurang dapat diprediksi.
"Kadang kala berdenyut pada 45 menit, kadang 12 menit, dan kadang-kadang tidak tentu," ujar Dunn menjelaskan gerakan aurora di utara.
Peneliti melihat intensitas kedua aurora naik turun pada waktu yang berbeda.
Dunn mengatakan, denyut regular di kutub selatan yang terdeteksi timnya mungkin disebabkan oleh angin matahari yang menabrak bagian tertentu dari medan magnet planet Jupiter.
Hal ini menyebabkan ada getaran dan mengirim gelombang ke kutub selatan setiap 11 menit.
Partikel bermuatan dapat "berselancar" di atas gelombang dan bertabrakan dengan atmosfer planet untuk menghasilkan sinar aurora yang terang.
BACA: Kali Pertama, "Kilauan" Air Dideteksi pada Jupiter Panas
"Yang belum saya ketahui adalah bagaimana menemukan perbedaan antara kedua kutub ini. Ini aneh karena aurora seperti tanda tangan medan magnet. Apapun yang terjadi pada medan magnet akan memicu hal-hal terjadi di kedua kutub," sambung Dunn.
Wahana ruang angkasa Juno dapat memecahkan misteri aurora
Dunn mengatakan langkah selanjutnya dalam memecahkan misteri aurora Jupiter adalah membandingkan pengamatan kutub yang diambil oleh observatorium sinar-X dengan data ultraviolet dan inframerah dari pesawat luar angkasa Juno yang terbang di atas kutub selama 53 hari.
Juno bertugas untuk mengukur magnetosfer Jupiter untuk pertama kalinya.
Sementara itu, Kedziora-Chudczer sepakat bahwa efek lokal di megnetosfer Jupiter dapat menyebabkan aurora bergerak dengan bebas.
"Jupiter adalah laboratorium plasma yang hebat, yang memungkinkan kita mengamati interaksi partikel berenergi tinggi dengan medan magnet yang kuat pada skala besar," katanya.
Kedziora-Chudczer berpendapat bahwa pengamatan aurora di semua gelombang yang diukur oleh Juno akan memberikan gambaran lengkap tentang interaksi aurora.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.