Untuk sebagian orang, cara termudah untuk mengatasi putus cinta adalah dengan mencari aktivitas baru.
Mulai dari bekerja lebih lama dari biasanya, menonton film, hingga memulai hobi baru.
Pengalihan semacam ini bisa membantu Anda mengurangi kegiatan seperti merenung atau bersedih.
Untuk menguji ketiga strategi tersebut, para ilmuwan merekrut 24 peserta berusia 20-37 tahun. Dengan perbandingan 20 wanita dan 4 pria yang baru saja mengalami putus cinta dan merasakan tekanan emosional.
Masing-masing dari mereka memberi 28 foto mantan dan menjawab beberapa pertanyaan tentang hubungan mereka.
Pertanyaan yang diajukan mulai dari berapa lama hubungan cinta yang terjalin sebelumnya, kualitas hubungan, serta seberapa besar perasaan yang masih mereka rasakan terhadap sang mantan dalam skala 1-9.
Para peserta kemudian menyelesaikan kuesioner yang mengukur seberapa kontrol yang mereka rasakan terhadap perasaan cinta mereka.
Baca: Patah Hati karena Cinta Ditolak? Yuk, Ubah Rasa Galau Jadi Rasa Baru!
Selanjutnya, gelombang otak mereka diukur dengan menggunakan elektroencephalograph (EEG) di bawah empat kondisi yang terpisah.
Hal yang diukur antara lain kondisi terkait penilaian negatif terhadap mantan, terkait penilaian kembali perasaan cinta, pengalihan aktivitas (pasca putus cinta), dan kondisi kontrol diri.
Selama pemeriksaan menggunakan EEG, para peserta diberikan beberapa selingan pertanyaan untuk merangsang salah satu strategi mengatasi putus cinta yang dipelajari.
Hasil EEG pada kondisi yang pertama memperlihatkan kolerasi tingkat gairah yang masih dirasakan pada mantan serta rasa kecewa pasca putus cinta.
Dari hal tersebut didapatkan hasil bahwa penilaian negatif mampu mengurangi perasaan terhadap mantan. Meski juga cara ini cenderung membuat orang merasa lebih buruk.
Sedangkan untuk teknik lainnya tidak terlalu berhasil.
Penilaian ulang perasaan yang dirasakan dianggap tidak mengubah perasaan cinta terhadap mantan. Selain itu, para peserta juga skeptis cara ini mampu menangani rasa sakit hati.