Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Jalan Kaki di Indonesia dan Dampaknya pada Kesehatan

Kompas.com - 25/07/2017, 09:07 WIB

46. Indonesia 3.513

Selain jumlah langkah, Tim Althoff juga memperlihatkan data bahwa kesenjangan aktivitas publik Singapura lebih sempit ketimbang Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Artinya, menurut Althoff, orang-orang Singapura jauh lebih sering bergerak.

"Untuk meneliti fenomena jarang bergerak, kami mencatat jumlah langkah masyarakat setiap negara dan mengubahnya menjadi grafik. Kadangkala grafik-grafik ini melebar, artinya ada kesenjangan aktivitas pada populasi antara mereka yang aktif dan yang kurang aktif," papar Althoff.

"Orang-orang di Singapura mencatat aktivitas fisik lebih tinggi dan kesenjangannya cukup sempit," lanjutnya.

Masalah obesitas

Bagaimana dengan Indonesia?

Menurut Althoff, Indonesia menempati posisi menengah dalam daftar kesenjangan aktivitas.

Apa maknanya? Para peneliti menemukan semakin besar kesenjangan di suatu negara, semakin besar pula taraf obesitasnya. Indonesia berada pada peringkat 17 dalam daftar penduduk obesitas.

Temuan itu mencerminkan kondisi di lapangan. Data Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) tahun 2016 menunjukkan penduduk dewasa berusia diatas 18 tahun yang mengalami kegemukan atau obesitas mencapai 20,7% atau lebih dari 40 juta orang.

(Baca juga: Anak Indonesia Rentan Obesitas, Apa yang Harus Dilakukan?)

Angka itu menunjukkan peningkatan pesat dari tahun 2013 ketika penduduk yang kegemukan mencapai 15,4%.

"Dulu di Indonesia penyakit utama adalah penyakit infeksi yang menular, TBC misalnya. Sekarang ini kan berubah trennya," kata dokter ahli Fisiologi Olahraga, Ermita Ibrahim Ilyas.

"Yang banyak itu adalah orang-orang yang gemuk, orang-orang yang tidak bergerak banyak. Sehingga penyakit-penyakitnya sama dengan orang-orang di negara maju akibat kurang olahraga, makan berlebihan, makan tidak sehat. Itu kan meningkat," tambahnya.

Data penelitian bahwa Indonesia berada di bawah Singapura perihal berjalan kaki tidak mengherankan bagi dokter Ermita. Menurutnya, kondisi infrastruktur di Indonesia adalah salah satu penyebab publik tidak berjalan kaki banyak.

"Kita mau jalan di mana? Jalan tidak rata, ada lubang. Malah keseleo kalau kita injak. Kalau di Singapura, kita kan harus berjalan kaki. Itu fasilitas semua kan tersedia. Lingkungan kita yang tidak menopang," kata dokter Ermita.

Masalah infrastruktur

Halaman:
Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com