Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpuruk di Lereng Meratus

Kompas.com - 01/07/2011, 23:31 WIB

Ia menyarankan, agar pihak perusahaan dalam hal ini melakukan suatu kajian, penelitian ilmiah dan pemetaan terhadap sosial budaya dan hukum-hukum adat yang berlaku.

"Sehingga tidak ada lagi alasan bingung, tidak tahu dan tidak mengerti serta tidak mengayomi hak-hak masyarakat adat Dayak Meratus. Apalagi sebagai sebuah perusahaan pertambangan berskala nasional seperti PT Adaro Indonesia, bukan sesuatu yang sulit untuk melakukan hal tersebut," katanya.

Sebagai penduduk asli setempat, Dayak Meratus sangat berhak atas pengayoman, pembinaan dan pengembangan serta peningkatan kesejahteraan dari perusahaan yang telah menikmati manisnya sumber daya alam mereka.

"Dalam hal ini perusahaan harus dapat melihat dengan bijak segala permasalahan yang ada. Sehingga kebaikan perusahaan terhadap masyarakat di sekitar tambang yang non Dayak melalui program CSR juga dapat dirasakan oleh Dayak Meratus sebagai penduduk asli, meski tidak berada langsung di areal pertambangan," tambahnya.

Juliade sependapat dengan Taufik Arbain. Menurutnya, pengkajian adalah sesuatu yang wajib dilakukan perusahaan bila memang ada niatan untuk melakukan upaya pengayoman terhadap masyarakat adat Dayak Meratus.

"Sehingga tidak akan terjadi pelanggaran terhadap aturan adat yang berlaku. Lakukan kajian tentang apa kebutuhan, kebiasaan, budaya dan perilaku adat yang berkembang sehingga bisa dilakukan pengayoman yang tepat sasaran dan tepat guna," ujarnya.

Ia juga menyarankan agar jangan melakukan aksi unjuk kekuatan terhadap masyarakat adat di mana seolah-olah pihak perusahaan bisa mempengaruhi kebijakan.

"Jalin komunikasi dengan masyarakat adat. Jangan hanya melihat dan berpatokan dari standarisasi Ring yang telah ditentukan dalam hal pengayoman dan pembinaan terhadap masyarakat, karena itu justru membuat blok-blok dan pengkotakan saja. Padahal, Dayak Meratus adalah penduduk asli yang juga perlu perhatian. Karena pada dasarnya, pengelolaan sumber daya alam -apapun bentuknya- sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan keberlangsungan mereka," katanya menjelaskan.

Hutan dan alam bagi masyarakat adat Dayak Meratus berhubungan sangat erat dengan kepercayaan Kaharingan yang mereka anut, percayai serta yakini. Aktivitas pemanfaatan sumber daya hutan, bercocok tanam dan interaksi dengan alam dipenuhi simbol-simbol keagamaan.

Ketika hutan dan alam sekitar mereka rusak akibat adanya eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan, otomatis pelaksanaan kepercayaan Kaharingan hilang secara perlahan untuk kemudian punah, karena tidak ada lagi media dan tempat untuk melakukannya. Pengrusakan hutan, sama dengan membunuh Ibu Pertiwi bagi mereka.

Secara logika, takkan pernah ada satu orangpun dari masyarakat adat Dayak Meratus yang mau melakukan pengrusakan hutan dan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Dalam konteks ini, sanksi Tuhan berupa bala atau kutukan menjadi kontrol moral dan sosial yang sangat ampuh.

Namun ironisnya, ketika terjadi pengrusakan atau kerusakan alam, masyarakat adat Dayak Meratus selalu dijadikan kambing hitam. Ketika pihak-pihak tertentu kenyang menikmati hasil alam tempat tumpah darah dan ibu pertiwi mereka, Dayak Meratus hanya menjadi pajangan yang bahkan dilirikpun tidak.

Alih fungsi lahan-lahan tempat mereka tinggal hanya membuat Dayak Meratus berada dalam kondisi keterpaksaan untuk mencari lokasi yang lebih jauh, lebih ke pedalaman dan lebih ke atas gunung lagi. Hingga akhirnya, Dayak Meratus terus saja terpinggirkan dan terpuruk di lereng Meratus. Sementara, perusahaan dengan mudah berdalih dan berlindung di balik ketidak tahuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com