Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setia "Nguli" demi Mangrove dan Penyu

Kompas.com - 27/06/2011, 02:48 WIB

Tanpa bantuan

Pekerjaan yang pasti dilakukan Salim setiap pagi adalah menyiapkan ikan untuk pakan penyu-penyu yang sedang direhabilitasi dan seratusan tukik yang baru menetas. Ia menyediakan sendiri kebutuhan ikan itu, tanpa bantuan pemerintah, meski biayanya per hari mencapai Rp 66.000 atau sekitar Rp 2 juta per bulan.

Untuk mencukupi kebutuhan itu, Salim menggunakan upahnya sebagai pengembang ekosistem mangrove dari sejumlah perusahaan. Selain itu, ia juga mendapat sumbangan dari wisatawan dan mahasiswa yang berkunjung ke Balai Taman Nasional dan hasil menjual bibit bakau seharga Rp 1.000-Rp 5.000 per bibit.

Agar memiliki dana cadangan untuk membeli ikan, Salim menyiasatinya dengan menjual bibit bakau berharga relatif tinggi kepada perusahaan yang ingin mengadakan penghijauan. Harganya bisa mencapai Rp 100.000 per bibit.

”Lha wong perusahaan besar, pasti dananya juga besar. Lumayan, uangnya bisa saya simpan untuk membeli ikan, pakan penyu,” katanya memberi alasan.

Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, Salim bersandar pada gajinya sebagai petugas Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, sebesar Rp 1,3 juta per bulan. Sementara, pekerjaannya merehabilitasi penyu dan membudidayakan bakau dia lakukan sepenuhnya atas inisiatif sendiri.

Salim mengakui, sesungguhnya dia tidak paham dengan konsep pelestarian lingkungan. Awalnya dia hanya prihatin dengan kondisi hutan bakau di Pulau Penjaliran (salah satu pulau di Kepulauan Seribu) yang rusak.

Adapun kepedulian Salim terhadap penyu sisik disebabkan kecintaannya pada penyu, selayaknya orang yang menyukai hewan.

”Kalau sama penyu, saya punya kesenangan tersendiri. Ada kepuasan batin, seperti orang Jawa yang gandrung burung perkutut,” ujarnya.

Saking cintanya pada penyu, Salim sampai tahu betul perilaku penyu yang rakus terhadap ikan. ”Lihat tuh, meskipun makannya perlahan, penyu ini rakus. Mau dikasih ikan berapa kilogram pun, pasti habis dimakan,” katanya sambil menunjuk kolam rehabilitasi yang berisi dua penyu dengan luka di kakinya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com